“Saya mengambil doktor kedua di UI ini bukan untuk mencari gelar, Tetapi untuk menghormati bahwa Indonesia ini dibangun dengan tradisi intelektual yang luar biasa dari seluruh pemimpin bangsanya,” kata Hasto dengan suara bergetar.
“Tradisi intelektual Soekarno yang kami rumuskan dalam disertasi pertama muncul dari dialektika terhadap sejarah Nusantara, sejarah dunia. Bagaimana kemerdekaan Indonesia untuk membangun persaudaraan dunia Bagaimana di situ seluruh pemimpin bangsa Bung Karno, Bung Hatta, Syahrir, dan lain sebagainya, berpikir bagaimana melalui kepemimpinan intelektual itu Indonesia bisa menjadi pemimpin diantara bangsa-bangsa,” lanjut Hasto.
Hasto juga mengulas soal Pancasila adalah ideologi geopolitik untuk menjawab sistem internasional yang anarkis yang selalu dihadapkan pada perang. Namun, bangsa Indonesia berhasil menciptakan Pancasila sebagai supremasi dari ideologi-ideologi besar dunia.
Politisi asal Yogyakarta ini juga menceritakan jika Bung Karno telah merancang kemerdekaan Indonesia pada usia 16 tahun. Lalu, pada usia 26 tahun mendirikan PNI.
Di mana, kata dia, Bung Karno tidak pernah berpikir bahwa syarat negara merdeka adalah timbunan uang, tetapi digerakkan oleh sesuatu kekuatan ide bahwa Indonesia merdeka bisa melawan berbagai bentuk imperialisme dan kolonialisme.
“Dengan demikian kaitannya sangatlah kuat kalau di dalam konstruksi pemikiran geopolitik Soekarno itu membangun bahwa kepemimpinan Indonesia untuk dunia, bahwa konferensi Asia Afrika itu membuktikan bagaimana untuk mengabdi kepentingan nasional pembebasan Irian Barat, kita menciptakan hukum internasional melalui konferensi Asia Afrika yang dihadiri 29 negara. Membangun gerakan non-blok dan kita bangsa Indonesia menjadi pemimpin Asia Afrika dan Amerika Latin,” tuturnya.
“Saat itu seluruh civil society bergerak keluar, ada konferensi dokter anak Asia Afrika, konferensi perempuan Asia Afrika, mahasiswa Asia Afrika, wartawan Asia Afrika. Semua bergerak keluar, outward looking, bukan berantem, bertarung diantara sesama anak bangsa. Inilah pemikiran geopolitik Soekarno yang membangun kepemimpinan Indonesia bagi dunia,” sambung dia.
Hasto menambahkan, pandangan geopolitik Soekarno yang diimplementasikan di dalam sistem internasional mampu memerdekakan Maroko, Tunisia, Aljazair, Sudan dan lain sebagainya.
Dengan demikian, semua itu bisa terjadi ketika partai politik saat itu memiliki orientasi bukan hanya untuk sekadar fungsi-fungsi elektoral, tetapi lebih bagi membangun peradaban Indonesia dan dunia.
Maka, korelasi disertasi tentang membangun Indonesia melalui penguatan partai politik sebagai tesis utama dari Megawati Soekarnoputri, agar partai juga bisa membangun peradaban Indonesia, yang akhirnya membangun kepemimpinan Indonesia bagi dunia.