"Dulu dekat sama saya, itu pembangunan sekolahnya aja dari mulai pembebasan sampai berdiri saya punya andil. Malah sama Pak Haji diapresiasi, dikasih bonus juga setelah sekolah berdiri. Mereka bangun rumah aja saya dan istri disuruh nempatin, udah bilang ga mau juga dipaksa aja, akhirnya yaudah kita tempatin, kalau mereka kan tinggal di Jakarta," terangnya.
"Awalnya saya difitnah melakukan 4 hal yang dituduhkan. Tapi itu tak terbukti setelah kita mediasi internal keluarga. Tapi waktu itu kadung emosi, saya gebrak pintu, tapi namanya saya menghormati mereka sebagai orang tua, yaudah saya datang ke Pak Haji minta maaf, dan waktu itu saya kira clear tuh," imbuhnya.
Namun, pemilik sekolah mulai semakin menunjukkan ketidak sukaan terhadap dirinya, hingga rentetan fitnah terus dilayangkan kepada dirinya.
Sampai akhirnya, dirinya diberhentikan dari sekolah dengan alasan yang mengada-ada, termasuk pengusiran dirinya dari rumah yang ditempati olehnya bersama istri dan ketiga anaknya.
"Saya dituduh motong gaji pegawai, darimana jalurnya saya motong, kan pembayarannya langsung ke rekening masing-masing. Saya dituduh korupsi Rp1 miliar uang operasional antar jemput siswa. Datanya kan ada di bendahara harian, sampai saya tantangin, saya bersumpah kalau saya makan Rp1.000 aja duit itu seumur hidup ga bakal dapat rezeki, justru mereka yang dapat puluhan juta dari ide yang saya berikan soal kendaraan operasional per anak dipungut Rp50.000 tiap bulannya," tegasnya.
"Dan itu akhirnya tanggal 12 Januari (2024) saya diPHK, alasannya karena melanggar SOP, seminggu tidak pakai seragam, padahal dari awal berdiri dan bekerja di situ juga saya ga pernah pakai seragam, seragamnya aja ga ada, saya kerja di situ udah 6 tahunan," sambungnya.
"Lalu saya diusir dari rumah yang dari awal saya diminta untuk nempatin. Dan ada bahasa ke istri, kalau mau pilih yayasan harus cerai sama saya, tapi kalau milih saya akan dipecat juga. Dan saya menyerahkan itu ke istri, tapi istri milih ikut saya sampai akhirnya ikut diusir dari rumah dan dipecat dari sekolah," lanjut Fahat.
Alasan Sekolahkan Anak di Sekolah Swasta
Pasca viral di jagad media sosial, publik turut mempertanyakan sikap orang tua yang terkesan memaksa memasukkan ketiga anaknya di sekolah swasta hingga berujung pemulangan paksa lantaran menunggak biaya sekolah sebesar Rp42 juta.
Baca Juga: Detik-detik Menegangkan Penangkapan Lansia Penyandera Bocah di Pejaten
Sang ibu, Defi Fitriyani (40) mengatakan, saat itu dirinya cenderung memasukkan ketiga anaknya ke SDIT ICMA karena pemilik sekolah merupakan kakak kandungnya sendiri, terlebih saat itu ia dan sang suami turut dipekerjakan sebagai pengurus sekolah hingga ada kompensasi yang diberikan untuk tidak membayar uang sekolah.