Suara.com - Seorang pria yang diduga sebagai mata-mata Rusia menggunakan trik tak biasa untuk menyembunyikan kegiatannya. Biser Dzhambazov (43) mengaku kepada kekasihnya bahwa ia menderita kanker otak dan bahkan membalut kepalanya dengan perban—yang ternyata hanyalah gulungan tisu toilet—demi meyakinkannya.
Di persidangan di Old Bailey, Inggris, terungkap bahwa Dzhambazov selama tiga tahun mengoperasikan jaringan mata-mata di berbagai negara Eropa untuk melakukan pengawasan terhadap individu dan lokasi yang dianggap penting bagi Rusia. Namun, dua perempuan dalam hidupnya, Vanya Gaberova dan Katrin Ivanova, membantah terlibat dalam aksi mata-mata tersebut dan mengklaim bahwa mereka juga telah ditipu oleh pria itu.
Pada Januari 2023, Gaberova mulai curiga terhadap klaim penyakit Dzhambazov. Saat melakukan panggilan video melalui Telegram, pria itu terlihat mengenakan perban putih di kepalanya dan mengeluh kesakitan. Gaberova, yang awalnya percaya, bahkan mengirim tangkapan layar panggilan video itu kepada ibunya untuk meyakinkan keluarganya.
Namun, ketika ditanya di pengadilan apakah kini ia menyadari bahwa perban tersebut sebenarnya hanya tisu toilet, Gaberova pun mengakui kecurigaan ibunya benar.
"Awalnya, saya benar-benar percaya. Saya sangat terpukul, merasa hancur, bahkan sulit bernapas," ujar Gaberova di depan juri.
Dzhambazov mengklaim dirinya sedang menjalani perawatan oleh seorang dokter misterius bernama "Dr. Matteo" yang berpraktik di berbagai negara, termasuk Jerman. Namun, selama hubungan mereka, pria itu tidak pernah memintanya untuk menemani ke rumah sakit, yang semakin membuat Gaberova ragu.
Pada Oktober 2022, kecurigaannya memuncak ketika ia sedang berada di Bulgaria dan menerima foto selfie dari Dzhambazov yang mengaku sedang dirawat di rumah sakit. Gaberova kemudian menghubungi rumah sakit tersebut, tetapi pihak rumah sakit menyatakan bahwa tidak ada pasien dengan nama yang dimaksud, kecuali untuk janji temu di bagian dietologi.
"Setelah itu, dia mengaku pindah ke rumah sakit lain. Tapi ketika saya menghubungi rumah sakit tersebut, mereka juga mengatakan tidak ada pasien dengan namanya," ujar Gaberova.
Menjelang akhir tahun 2022, hubungan mereka mulai retak. Dalam pesan yang dibacakan di pengadilan, Gaberova menegur Dzhambazov dan menuduhnya berpura-pura menjadi korban.
Baca Juga: Iran Pamer Kapal Mata-Mata Canggih di Tengah Ketegangan Nuklir
“Berhenti menggangguku dan tinggalkan aku sendiri. Jika kau butuh sesuatu, aku ada di sini, tapi bukan untuk omong kosongmu. Kau itu toksik,” tulis Gaberova dalam pesannya.