Sritex Tumbang: Benarkah Impor dari China dan Vietnam Biang Keroknya?

Selasa, 04 Maret 2025 | 13:32 WIB
Sritex Tumbang: Benarkah Impor dari China dan Vietnam Biang Keroknya?
Ribuan buruh PT Sritex Tbk saat mengikuti Istighosah Akbar dan mimbar terbuka. [Suara.com/Ari Welianto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) di Sukoharjo, Jawa Tengah resmi dinyatakan bangkrut. Sritex dinyatakan pailit dalam putusan Pengadilan Negeri (PN) Niaga Semarang dan dihentikan operasionalnya pada 1 Maret 2025.

Menurut pandangan aktivis sosial, Dokter Tifa tutupnya industri tekstil terbesar di Indonesia ini menyimpan banyak misteri.

“Tutupnya salah satu raksasa industri tekstil Indonesia PT Sritex bukan sekedar kisah bangkrutnya sebuah perusahaan,” ungkap Dokter Tifa, dikutip dari youtubenya, Selasa (4/3/25).

Dokter Tifa mengatakan bahwa ada banyak aspek yang bisa digali dari kasus bangkrutnya PT Sritex.

“Ada banyak aspek yang bisa digali, terutama dari sudut pandang ekonomi, industri, geopolitik, hingga perubahan peradaban,” ucapnya.

PT Sritex menurut Dokter Tifa sebagai simbol kejayaan industri tekstil, sehingga jika bangkrut begitu saja tentu menandakan ada sesuatu yang fundamental.

“Sritex ini simbol kejayaan industri tekstil nasional selama puluhan tahun, sehingga ketika bangkrut menandakan ada sesuatu fundamental yang sedang terjadi di sektor ini,” ujarnya.

Dokter Tifa mengatakan bahwa dari banyak faktor penyebab, salah satu dugaannya karena serbuan produk impor murah dari China maupun Vietnam.

“Salah satu faktor penyebabnya terjadi serbuan produk impor murah kan selama beberapa tahun belakangan ini, terutama dari China dan Vietnam,” ungkapnya.

Baca Juga: Babak Baru Korupsi Impor Gula, Tom Lembong Bakal Disidang 6 Maret, Akankah Terbukti Bersalah?

“Harganya itu benar-benar sangat murah,” sambungnya.

Adanya fenomena banjir impor produk tekstil ini menurut Dokter Tifa tidak ditangani dengan baik sehingga berimpact sejauh ini.

“Sepertinya tidak ada proteksi negara terhadap banjirnya impor produk tekstil tersebut,” ujarnya.

“Regulasinya nggak ada. Nggak mendukung industri lokal, yang membuat produsen dalam negeri pada jatuh berantakan bergelimpangan dan kalah saing dengan barang impor,” katanya.

Persoalan serbuan produk impor dari sejumlah negara tersebut, sebelumnya sudah pernah diingatkan Komisaris PT Sritex, Iwan Setiawan Lukminto yang blak-blakan mengungkapkan bahwa hal tersebut menjadi biang kerok penyebab perusahaannya babak-belur.

Bahkan, ia mengungkapkan faktor utama Sritex pailit akibat imbas Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 8 Tahun 2024.

Menurutnya, peraturan itu membuat industri tekstil lokal menjadi kian menderita. Menurutnya, industri tekstil terdisrupsi terlalu dalam.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI