Suara.com - Idul Fitri merupakan salah satu hari raya besar bagi umat Islam yang dirayakan setiap tanggal 1 Syawal dalam kalender Hijriyah.
Hari raya ini menjadi momen penting bagi umat Muslim di seluruh dunia sebagai tanda berakhirnya ibadah puasa selama bulan Ramadan.
Selain menjadi momen spiritual, Idul Fitri juga memiliki nilai sosial dan budaya yang erat dengan tradisi masyarakat di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Sejarah Perayaan Idul Fitri dalam Islam
Perayaan Idul Fitri telah ada sejak masa Nabi Muhammad SAW. Menurut riwayat, ketika Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, beliau mendapati masyarakat setempat merayakan dua hari besar dengan suka cita.
Nabi Muhammad SAW kemudian bersabda bahwa Allah SWT telah menggantikan dua hari tersebut dengan hari raya yang lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.
Sejak saat itu, umat Islam merayakan Idul Fitri dengan melaksanakan salat Idul Fitri di pagi hari, diikuti dengan tradisi bermaaf-maafan dan memberikan sedekah kepada fakir miskin dalam bentuk zakat fitrah.
Sejarah Idul Fitri dalam Tradisi Indonesia
![Menyediakan kue menjadi tradisi saat Idul Fitri [pixabay]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/03/13/12966-menyediakan-kue-menjadi-tradisi-saat-idul-fitri-pixabay.jpg)
Istilah "Lebaran" yang sering digunakan di Indonesia untuk menyebut Idul Fitri ternyata tidak berasal dari bahasa Arab, melainkan dari tradisi umat Hindu di Jawa.
Baca Juga: Bacaan Doa Takbiran Idul Fitri Lengkap Arab dan Artinya
Menurut pendapat MA. Salmun dalam artikel yang dimuat di majalah "Sunda" pada tahun 1954, istilah "lebaran" memiliki arti selesai, usai, atau habis.
Kemudian oleh para wali seperti Sunan Bonang, istilah ini digunakan dalam penyebaran agama Islam di tanah Jawa pada abad ke-15.
Dalam bahasa Jawa sendiri, "lebaran" berasal dari kata "wis bar" yang berarti "sudah selesai".
Dengan demikian, Lebaran dimaknai sebagai selesainya ibadah puasa Ramadhan yang telah dilaksanakan selama sebulan penuh.
Budayawan Umar Khayam menyebutkan bahwa tradisi perayaan Lebaran di Jawa dimulai pada abad ke-15 oleh Sunan Bonang dan dilanjutkan oleh para pengikutnya.
Meskipun istilah "lebaran" lebih dikenal di kalangan masyarakat Sunda dan Betawi, maknanya tetap sama yaitu hari kemenangan setelah menjalankan ibadah puasa.
Pemaknaan Lebaran di Berbagai Daerah
Di berbagai daerah di Indonesia, istilah Lebaran memiliki pemaknaan yang berbeda-beda.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Lebaran diartikan sebagai hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal setelah menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan.
Di Jawa, istilah "Riyadi" atau "Riyaya" lebih sering digunakan untuk menyebut Idul Fitri, namun maknanya sama dengan Lebaran.
Sementara itu, masyarakat Sunda dan Betawi mengaitkan Lebaran dengan keleluasaan atau kelegaan hati setelah menjalani ibadah puasa dan meminta maaf kepada sesama.
Tradisi Idul Fitri di Berbagai Negara
Tidak hanya di Indonesia, perayaan Idul Fitri juga memiliki berbagai tradisi unik di negara lain.
Di Turki, Idul Fitri dikenal dengan nama "Bayram" dan dirayakan dengan salat Id di pagi hari serta kunjungan ke makam untuk mendoakan anggota keluarga yang telah tiada.
Sementara di Malaysia dan Brunei, perayaan ini juga dikenal sebagai "Hari Raya" dan ditandai dengan acara open house serta makan bersama keluarga dan tetangga.
Di kawasan Afrika Barat, terutama Nigeria, Idul Fitri dirayakan dengan festival musik dan tarian yang meriah.
Masyarakat di sana juga mengenakan pakaian tradisional yang indah sebagai simbol kegembiraan dan syukur.
Hal ini menunjukkan bahwa Idul Fitri tidak hanya menjadi momen spiritual, tetapi juga perayaan sosial yang memperkuat hubungan antar sesama.
Secara umum, perayaan Idul Fitri menjadi simbol kemenangan bagi umat Islam.
Meskipun istilah dan tradisinya dapat berbeda di setiap daerah, tujuan utamanya tetap sama, yaitu mensyukuri kemenangan setelah menjalankan ibadah puasa dengan hati yang bersih dan suci.