“Indonesia ini termasuk negara terkaya di dunia karena sumber daya alamnya. Tapi ironisnya, kita tidak menguasai sendiri,” ucapnya.
“Kita kehilangan kedaulatan sumber daya alam kita sendiri,” tambahnya.
Tak memungkiri, Dokter Tifa menyebut bahwa Indonesia memang akan maju, namun definisi maju ini hanya untuk kepentingan para elit penguasa.
“Jadi masa depan Indonesia ini akan seperti apa sih? Maju iya maju, tapi untuk rakyatnya enggak, tidak,” sebut Dokter Tifa.
“Indonesia memang akan maju, smart city akan banyak sekali, kemajuan dimana-mana. Tapi kemajuan ini untuk kepentingan korporasi global dan elit penguasa,” sambungnya.
Dokter Tifa berharap rakyat kini sedikit demi sedikit sadar dengan fenomena yang telah berjalan belakangan ini.
Sudah waktunya rakyat mengambil alih Indonesia sebagai pemilik negeri ini, agar bangkit dan tidak menjadi korban terus-menerus.
“Indonesia ini milik kita, sampai dengan hari ini dan selamanya. Bukan milik segelintir orang. Tapi kalau kita diam, kita hanya akan terus jadi korban, maka sudah waktunya kita sadar, bangkit, dan mengambil alih hak kita sebagai pemilik negeri ini,” ungkapnya.
Perihal maju bukanlah sekedar pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga: Darius Sinathrya Kasih Ultimatum ke Suporter yang Rebut Jersey Marselino Ferdinan dari Anak Kecil
Dokter Tifa menegaskan bahwa negara yang maju adalah mendahulukan kesejahteraan rakyat dan mengesampingkan kepentingan para elit.
“Jadi maju itu tidak hanya sekedar pertumbuhan ekonomi, maju itu Ketika rakyat Sejahtera berdaya dan memiliki kontrol atas negeri ini. Jangan biarkan negeri ini maju hanya untuk para elit,” tandasnya.
Profil dan biodata Dokter Tifa
- Nama Lengkap: Tifauzia Tyassuma
- Nama Populer: Dr. Tifa
Pendidikan
- Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM)
- Gelar Master of Science (M.Sc) dari UGM
- Gelar Ph.D dalam Molecular Epidemiology dari Universitas Indonesia (UI)
- Pernah belajar di Pusat Pengetahuan Layanan Kesehatan di Norwegia
Karier Profesional:
- Direktur Eksekutif di Center for Clinical Epidemiology & Evidence RSCM Jakarta (2009)
- Sekretaris Jenderal untuk Indonesian Clinical Epidemiology & Evidence-Based Medicine Network (2010)
- Presiden Ahlina Institute, Jakarta (sejak 2017)
Kontributor : Kanita