Cek Fakta: Letkol Inf Wisnu dan 40 Pasukan TNI Gugur di Gaza, Benarkah?

Bella Suara.Com
Rabu, 30 April 2025 | 16:34 WIB
Cek Fakta: Letkol Inf Wisnu dan 40 Pasukan TNI Gugur di Gaza, Benarkah?
Gaza, Palestina (x.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah pesan berantai yang beredar luas di WhatsApp mengklaim bahwa Letkol Inf Wisnu bersama 40 anggota pasukan khusus TNI bersandi Garuda Hitam telah gugur dalam sebuah misi di Gaza, Palestina.

Pesan itu menyebut mereka tewas akibat serangan udara gabungan Israel dan Amerika Serikat pada Jumat malam, 25 April 2025, setelah sebelumnya dikabarkan menghancurkan gudang senjata milik Israel di wilayah Gaza.

Dalam pesan itu, ditampilkan pula sebuah video seorang pria memakai seragam loreng khas TNI dan mengenakan masker, yang mengaku bahwa TNI diserang oleh Israel dan AS hingga menewaskan seluruh pasukan.

Tangkapan layar unggahan yang menarasikan 41 pasukan khusus TNI gugur di Gaza. (x.com)
Tangkapan layar unggahan yang menarasikan 41 pasukan khusus TNI gugur di Gaza. (x.com)

Berikut potongan narasi dalam pesan tersebut:

"INNALILLAAHI WAINNA ILAIHI RAAJI'UUN... LETKOL inf. WISNU gugur beserta 40 Anggota Pasukan Khusus TNI yang bersandi GARUDA HITAM... akibat dibombardir pesawat gabungan IsraeL dan AS... mereka gugur sebagai syuhada karena membela yang ditindas oleh Israel..."

Faktanya:

Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Brigjen TNI Kristomei Sianturi, dengan tegas membantah kabar tersebut. 

“Ini hoaks,” ujarnya singkat,seperti dikutip dari ANTARA.

Tidak ada laporan resmi maupun keterangan sahih dari TNI terkait keterlibatan langsung pasukan bersenjata Indonesia dalam operasi militer di Gaza. Terlebih, TNI tidak memiliki unit bernama “Garuda Hitam” yang sedang melaksanakan misi tempur di wilayah tersebut.

Baca Juga: Jeritan Gaza Utara: Wanita dan Anak-Anak Turun ke Jalan, Minta Blokade Diakhiri!

Fakta Misi TNI di Gaza:

Indonesia memang aktif dalam memberikan bantuan kemanusiaan kepada rakyat Palestina di tengah konflik yang terus berlangsung.

Namun, partisipasi tersebut bersifat non-militer. Pada April 2024, TNI Angkatan Udara mencatat sejarah dengan mengirimkan bantuan kemanusiaan melalui metode air dropping ke wilayah Gaza.

Sebanyak 20 bundel bantuan seberat masing-masing 160 kilogram berhasil diterjunkan ke wilayah selatan Gaza, berisi makanan, air mineral, dan obat-obatan.

Aksi ini merupakan bagian dari komitmen Indonesia dalam mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina secara damai, konsisten dengan prinsip politik luar negeri RI yang bebas aktif dan berlandaskan kemanusiaan.

Kesimpulan:

Klaim yang menyebut Letkol Inf Wisnu dan 40 pasukan khusus TNI gugur di Gaza adalah tidak benar dan tergolong hoaks. TNI tidak mengirimkan pasukan tempur ke Gaza, melainkan bantuan kemanusiaan. Masyarakat diimbau untuk tidak menyebarkan informasi yang belum terverifikasi, terutama yang dapat menimbulkan keresahan dan salah persepsi publik.

Kondisi Perang di Gaza

Krisis kemanusiaan di Jalur Gaza terus memburuk seiring dengan berlanjutnya serangan Israel yang kini memasuki bulan ketujuh.

Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza, Munir al-Barsh, mengungkapkan bahwa lebih dari 360 tenaga medis telah ditangkap oleh pasukan Israel, sementara hanya 20 dari 38 rumah sakit yang masih dapat beroperasi, dan itu pun dalam kapasitas terbatas.

Dalam wawancaranya dengan Al Jazeera pada Selasa (29/4), al-Barsh menyatakan bahwa dampak tidak langsung dari perang telah menyebabkan lebih banyak korban jiwa dibandingkan akibat langsung dari serangan militer.

“Kami kehilangan lebih banyak orang akibat konsekuensi tidak langsung dari perang dibandingkan mereka yang terbunuh akibat pendudukan,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa kelompok paling rentan dalam konflik ini adalah anak-anak dan ibu hamil. Menurut data Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 40.000 anak telah menjadi yatim piatu.

Sebanyak 100 anak dilaporkan meninggal dunia karena menunggu terlalu lama di perbatasan saat ingin keluar untuk mendapat perawatan medis, sementara hampir satu juta anak kehilangan akses terhadap bantuan kemanusiaan yang vital.

Sejak 18 Maret lalu, Israel kembali meningkatkan serangan terhadap Gaza dengan dalih Hamas menolak rencana gencatan senjata yang diusulkan Amerika Serikat. Gencatan senjata sebelumnya berakhir pada 1 Maret tanpa perpanjangan.

Dalam eskalasi terbarunya, Israel memutus pasokan listrik ke pabrik desalinasi air di Gaza, mempersulit akses warga terhadap air bersih.

Selain itu, semua jalur masuk bagi truk bantuan kemanusiaan ditutup, memperparah kelangkaan makanan, obat-obatan, dan barang-barang pokok.

Kondisi ini semakin diperparah oleh laporan dari Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), yang pada awal April menyebutkan bahwa penjarahan terhadap truk bantuan meningkat tajam.

Warga yang kelaparan dan putus asa terpaksa menyerbu konvoi bantuan karena distribusi tidak merata dan suplai yang jauh dari mencukupi kebutuhan populasi yang terperangkap.

“Situasi ini bukan hanya bencana kemanusiaan, tetapi juga kejahatan terhadap kemanusiaan,” tegas al-Barsh.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI