“Bali juga memiliki pembangkit listrik terbarukan yang bisa menjadi contoh, seperti PLTS Nusa Penida yang menjadi penopang sepertiga kebutuhan listrik setempat, atau menjadikan contoh PLTS Kayubihi Bangli sebagai model kepemilikan dan pengelolaannya yang melibatkan Pemerintah Daerah. Ada banyak model yang bisa ditawarkan, tergantung kemauan politik pemerintah daerah di Bali untuk membangun kemandirian energinya” jelasnya.
Ia menekankan pada Pembangunan pembangkit energi terbarukan yang terdesentralisasi, kita tidak bergantung pada energi skala besar yang rapuh dan rentan kolaps seperti saat ini.
“Selain menyediakan ketahanan energi bagi masyarakat, hal ini juga merupakan bentuk pembangunan rendah karbon yang dibutuhkan untuk melawan krisis iklim yang lebih luas lagi,” katanya.
Ia berujar bahwa energi terbarukan yang terdesentralisasi ini juga menjadi pondasi mendasar membangun Bali sebagai pusat wisata kelas dunia yang berwawasan lingkungan (Eco/Green tourism).
Ini bisa menjadi nilai tambah Bali yang sejak awal sangat mengandalkan kelestarian dan keselarasan dengan alam sebagai wajah utama pariwisata Bali.