Suara.com - Muhaimin Iskandar, atau yang akrab disapa Cak Imin, merupakan potret transformasi kader muda Nahdlatul Ulama (NU) yang berhasil menjejakkan kaki di level tertinggi kancah politik nasional.
Pria yang lahir di Jombang, Jawa Timur, pada 24 September 1966, ini tumbuh dalam lingkungan pesantren yang kental, dengan ayahnya, Muhammad Iskandar, sebagai pengajar di Pondok Pesantren Manbaul Ma'arif.
Saat ini, Cak Imin kembali menjadi sorotan atas kasusnya ketika ia menjabat sebagai Menaker di 2023 lalu. Berikut, profil singkat Cak Imin.
Langkah politik Cak Imin dimulai dari akar aktivisme mahasiswa. Ia aktif berdiskusi dan berorganisasi sejak masa kuliah, dan menapaki tangga kepemimpinan di PMII hingga menjadi Ketua Cabang Yogyakarta pada 1994–1997.
Keterlibatannya juga meluas hingga ke KNPI dan sejumlah lembaga riset dan media.
Latar pendidikan Cak Imin terbilang solid. Ia menempuh studi di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jombang dan MAN 1 Yogyakarta, lalu melanjutkan ke FISIP UGM hingga lulus pada 1992.
Ia melengkapi keilmuannya dengan gelar magister komunikasi dari Universitas Indonesia pada 2001.
Era reformasi membuka jalan baru bagi Cak Imin. Bersama sejumlah tokoh NU termasuk Gus Dur, ia mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pada 1998 dan menjabat sebagai Sekretaris Jenderal.
Setahun kemudian, ia lolos ke Senayan dan di usia 33 tahun sudah duduk sebagai Wakil Ketua DPR RI 1999–2004, menjadikannya salah satu pimpinan termuda di sejarah parlemen Indonesia.
Baca Juga: Tanggapi Kemunculan Nama Firli Bahuri di Sidang Hasto, Ketua KPK: Jaksa Bisa Tindak Lanjut
Pernyataan bahwa ia "mempunyai karakter, toleran, dan santun," menjadikan Cak Imin tidak hanya dihormati di kalangan PKB dan NU, tetapi juga di luar lingkup itu.
Sosoknya dinilai mampu membangun jembatan lintas kelompok selama tetap berada di garis ideologis partai dan demi kepentingan umat.
Namun, ia juga dikenal tegas dan mampu bersikap keras, bahkan terhadap pamannya sendiri, Gus Dur, ketika perbedaan prinsip politik tak terelakkan.
Di bawah kepemimpinannya, PKB berhasil bertahan dan bahkan menguat dalam kontestasi nasional.
Setelah menjabat menteri tenaga kerja dan transmigrasi di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2009–2014), Cak Imin kembali memimpin PKB secara aklamasi pada 2014 dan membawa partainya berkontribusi dalam pemerintahan Joko Widodo.
Kini, dengan pengalaman panjang dari basis pesantren hingga gedung parlemen dan kabinet, Muhaimin Iskandar menjadi salah satu figur sentral dalam peta politik nasional—sebuah simbol bagaimana kader muda NU bisa membangun jalan sendiri menuju pusat kekuasaan.