suara hijau

Saat Pemanasan Global Sudah Lewat 1,5C, Masih Adakah yang Bisa Dilakukan?

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Selasa, 27 Mei 2025 | 08:27 WIB
Saat Pemanasan Global Sudah Lewat 1,5C, Masih Adakah yang Bisa Dilakukan?
Ilustrasi pemanasan global. [Shutterstock]

Suara.com - Bumi secara resmi memasuki fase iklim baru yang mengkhawatirkan. Menurut dua studi terbaru yang dipublikasikan di Nature Climate Change, suhu rata-rata global telah melampaui ambang batas 1,5°C dibandingkan era pra-industri.

Sejak Perjanjian Paris ditandatangani pada 2015, dunia sepakat untuk menahan laju pemanasan global di bawah 1,5°C demi mencegah kerusakan yang tak terelakkan pada sistem penopang kehidupan di planet ini.

Namun, seperti yang ditulis oleh Andrew King, Associate Professor di bidang Ilmu Iklim di The University of Melbourne, tahun 2024 tampaknya menjadi awal dari era baru: era di mana suhu tahunan secara konsisten melampaui ambang batas yang disepakati. Demikian seperti dikutip dari The Conversation. 

Satu tahun yang panas memang tidak serta-merta berarti kita telah gagal. King menjelaskan bahwa Perjanjian Paris menekankan pentingnya tren jangka panjang, bukan fluktuasi tahunan.

Namun, dua studi tersebut mengambil pendekatan berbeda. Studi dari Eropa menunjukkan bahwa ketika Bumi mencapai pemanasan 1,5°C, besar kemungkinan suhu akan tetap berada di atas titik itu selama 20 tahun ke depan.

Sementara studi dari Kanada menemukan bahwa jika suhu bulanan melebihi ambang 1,5°C selama 12 bulan berturut-turut — seperti yang terjadi pada Juni 2024 — maka kita telah memasuki fase permanen pemanasan tersebut.

Dalam konteks ini, 2024 bukan hanya "tahun terpanas", tetapi juga "tahun pertama dari banyak tahun panas berikutnya".

Menuju Arah yang Salah

King mencatat bahwa meski ilmu pengetahuan telah dengan jelas menunjukkan konsekuensi membakar bahan bakar fosil, emisi karbon justru meningkat 50% sejak laporan pertama IPCC pada 1990.

Baca Juga: Diguncang Gempa, Puluhan Rumah di Bengkulu Rusak

“Kita bahkan belum berjalan ke arah yang benar, apalagi bergerak dengan kecepatan yang diperlukan,” tulisnya.

Bahkan jika dunia berhasil mencapai emisi nol-bersih (net-zero), sejumlah aspek iklim — seperti suhu laut — akan terus berubah selama berabad-abad karena pemanasan yang sudah "terkunci".

Untuk kembali ke bawah 1,5°C, kita perlu mencapai emisi negatif (net-negative emissions) — artinya menghilangkan lebih banyak karbon dari atmosfer daripada yang kita hasilkan. Ini tantangan yang belum pernah dihadapi umat manusia sebelumnya.

Tanda-Tanda Harapan Masih Ada

Meski situasi iklim global kian mengkhawatirkan, perubahan masih mungkin. Energi terbarukan kini berkembang pesat di berbagai belahan dunia.

Sejumlah negara berhasil menurunkan konsumsi bahan bakar fosil, sementara sektor-sektor pencemar seperti penerbangan dan konstruksi mulai menunjukkan perlambatan dalam laju pertumbuhan emisinya.

Andrew King, pakar iklim dari University of Melbourne, menekankan bahwa teknologi dan kebijakan untuk menanggulangi krisis iklim sebenarnya sudah tersedia.

Yang dibutuhkan sekarang adalah keberanian politik, solidaritas global, dan kemauan kolektif untuk bertindak  bukan nanti, tapi sekarang juga.

Ilustrasi krisis iklim (Freepik.com/freepik)
Ilustrasi krisis iklim (Freepik.com/freepik)

Ada tiga hal mendesak yang harus dilakukan. Pertama, negara-negara maju harus memenuhi komitmen mereka untuk membantu negara-negara berkembang yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim, melalui pendanaan dan transfer teknologi.

Kedua, semua negara — tanpa kecuali — harus mempercepat transisi menuju ekonomi rendah karbon. Ketiga, masyarakat sipil dan individu juga punya peran penting: mulai dari menerapkan gaya hidup lebih ramah lingkungan, hingga aktif mendorong kebijakan publik yang lebih ambisius.

Melewati ambang batas 1,5°C bukan berarti semua harapan telah hilang. “Masih ada harapan,” ujar King, “tetapi tidak ada waktu lagi untuk menunda.” Ini adalah momen krusial bagi umat manusia untuk memilih: terus melaju menuju krisis iklim yang lebih dalam, atau berbalik arah menuju masa depan yang lebih lestari dan adil.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?