Iran Sebut Sistem Pertahanan Militer Israel "Cacat": Serang Pertahanan Sendiri

M Nurhadi Suara.Com
Senin, 16 Juni 2025 | 15:06 WIB
Iran Sebut Sistem Pertahanan Militer Israel "Cacat": Serang Pertahanan Sendiri
Ilustrasi [Tangkap layar X]

Suara.com - Ketegangan di Timur Tengah mencapai titik didih baru setelah Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) mengklaim telah berhasil menggunakan "metode baru" dalam serangan rudal terbarunya terhadap Israel, yang menyebabkan sistem pertahanan udara Israel saling menyerang. Klaim ini muncul setelah Angkatan Bersenjata Israel (IDF) melancarkan operasi berskala besar yang menargetkan fasilitas militer dan program nuklir Iran. Dinamika ini menunjukkan eskalasi konflik yang berpotensi memiliki implikasi luas bagi stabilitas regional.

IRGC, seperti dikutip kantor berita Tasnim, menyatakan bahwa, "Selama operasi ini, berkat penggunaan metode dan kemampuan baru dalam intelijen dan peralatan, sistem komando dan kontrol pertahanan multi-level musuh gagal dan mulai saling menyerang." Pernyataan ini, jika terbukti, menandai perkembangan signifikan dalam taktik militer Iran dan potensi kerentanan dalam sistem pertahanan Israel.

Sebelumnya, pada malam 13 Juni, IDF meluncurkan operasi skala besar yang diberi nama sandi 'Rising Lion'. Dalam operasi ini, Angkatan Udara Israel menyerang sejumlah target dan fasilitas militer program nuklir yang dimiliki Iran. Angkatan Udara Israel melakukan beberapa gelombang serangan di berbagai bagian Iran, termasuk Teheran.

Serangan Israel ini dilaporkan menewaskan beberapa pejabat militer senior Iran, termasuk Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran dan komandan IRGC, serta beberapa ilmuwan nuklir. Beberapa fasilitas nuklir Iran, termasuk Natanz dan Fordow, dan posisi militer Iran di berbagai bagian negara itu juga terkena serangan. Skala serangan ini menunjukkan respons Israel terhadap ancaman yang mereka persepsikan dari program nuklir dan militer Iran.

Dikutip dari OANA via Antara, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dalam pidatonya kepada warga negaranya, menyebut serangan terhadap Iran sebagai bentuk kejahatan. Ia menegaskan bahwa Israel akan menghadapi "nasib yang pahit dan mengerikan," mengisyaratkan pembalasan yang tegas dari Teheran. Sebagai bentuk respons langsung, IRGC menyatakan bahwa Republik Islam Iran telah meluncurkan Operasi True Promise III terhadap target militer di Israel. Operasi ini merupakan bentuk pembalasan atas serangan yang dilakukan oleh pasukan Zionis.

Peningkatan ketegangan ini juga dipicu oleh klaim mengejutkan dari Kementerian Intelijen Iran. Pada Selasa (10/6/2025), kementerian tersebut menyatakan telah berhasil memperoleh akses ke program rudal Israel dan berencana untuk membagikan sebagian data tersebut dengan kelompok-kelompok anti-Israel. Menteri Intelijen Iran, Esmaeil Khatib, menggambarkan dokumen-dokumen tersebut sebagai "harta karun informasi intelijen" yang akan memperkuat potensi daya serang Negeri Para Mullah itu.

"Bagian lain dari dokumen yang diterima terkait dengan program militer dan rudal (Israel), serta dokumentasi teknis yang terkait dengan proyek-proyek ilmiah dan teknis penggunaan ganda," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan. Klaim ini mengindikasikan adanya peretasan atau infiltrasi intelijen yang signifikan terhadap sistem pertahanan Israel.

Kementerian Intelijen Iran lebih lanjut menyatakan bahwa sebagian besar dokumen yang diperoleh akan digunakan oleh angkatan bersenjata Iran untuk meningkatkan kapabilitas mereka. Sementara itu, bagian lainnya akan dibagikan dengan negara-negara sahabat atau akan diberikan kepada organisasi-organisasi dan kelompok-kelompok yang menentang Israel. Langkah ini berpotensi memperkuat kemampuan kelompok-kelompok tersebut untuk menghadapi Israel, meningkatkan risiko konflik proksi di wilayah tersebut.

Dengan adanya klaim serangan balik Iran yang "sukses" menggunakan metode baru, operasi militer Israel yang menargetkan fasilitas vital Iran, serta pengungkapan intelijen mengenai program rudal Israel, kawasan Timur Tengah berada di ambang ketidakpastian yang lebih besar. Perkembangan ini menuntut perhatian serius dari komunitas internasional untuk mencegah eskalasi konflik yang lebih luas.

Baca Juga: JK Ramal Krisis Dahsyat! Perang Picu Ekonomi RI Merosot, Siap-siap Dampaknya

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI