Desa Jadi Mesin Ekonomi: Kisah Sukses Revitalisasi Pedesaan di China

Muhammad Yunus Suara.Com
Senin, 16 Juni 2025 | 21:48 WIB
Desa Jadi Mesin Ekonomi: Kisah Sukses Revitalisasi Pedesaan di China
Desa Ideal Xiangban Sujia di distrik Jiangning, kota Nanjing provinsi Jiangsu, China pada Selasa (10/6/2025) [Suara.com/ANTARA]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ekonom dan sejarawan Inggris Richard Henry Tawney dalam bukunya "Land and Labor in China" (1932) mengatakan "Penduduk desa di China ibarat seorang yang terus-menerus berdiri dengan air sampai ke leher, sehingga riak kecil saja sudah cukup untuk menenggelamkannya".

Gambaran yang menunjukkan kondisi tidak menentu bagi masyarakat di desa-desa Tiongkok. Gangguan minimal pun dapat berdampak sangat besar, sehingga menurut Tawney, penting mempertahankan stabilitas sosial di pedesaan.

Namun, kondisi itu sudah lebih dari 90 tahun lalu dan pedesaan China sudah mengalami banyak perubahan.

Proses pembangunan pedesaan China setidaknya dapat dibagi menjadi dua periode utama, yaitu periode pertama pada 1949-1978 dimulai sejak berdirinya Republik Rakyat China hingga dimulainya reformasi dan keterbukaan sejak 1978.

China pascakolonial disebut sebagai masyarakat agraris yang terpecah karena perang, separatisme regional, industrialisasi serta urbanisasi yang tidak merata, sehingga pemerintah Partai Komunis China (PKC) saat itu melakukan berbagai upaya terpadu untuk mempromosikan "integrasi nasional".

Terlebih pada masa Tiongkok kuno, pedesaan bukanlah wilayah otonom yang dipimpin oleh bangsawan setempat; sebaliknya, setiap dinasti yang bertahan lama, melalui aparaturnya memberikan pengaruh kepada para bangsawan di pedesaan.

Tak heran, para pemimpin China pun mengusung visi politik utama berbau integrasi sosial seperti Persatuan Besar Rakyat Tiongkok (Zhngguó rénmín dà tuánjié) karya Mao Zedong, kepada Masyarakat Harmonis (Héxié shèhuì) dari Hu Jintao dan terbaru, Komunitas untuk Masa Depan Bersama bagi Umat Manusia (Rénlèi mìngyùn gòngtóngt) oleh Xi Jinping.

Secara khusus pada 2017, Presiden Xi Jinping menyampaikan gagasan tentang "menerapkan strategi revitalisasi pedesaan" pada Kongres Nasional ke-19 PKC sehingga pada 2018, mesin utama PKC yaitu Komite Sentral PKC dan Dewan Negara (kabinet Tiongkok).

Desa budaya teh Huanglongxian, distrik Jiangning, kota Nanjing provinsi Jiangsu pada Selasa (10/6/2025) [Suara.com/ANTARA]
Desa budaya teh Huanglongxian, distrik Jiangning, kota Nanjing provinsi Jiangsu pada Selasa (10/6/2025) [Suara.com/ANTARA]

Kemudian menerbitkan dokumen komprehensif "Perencanaan Strategis 2018-2022 untuk melakukan "Revitalisasi Pedesaan" yang mengurai peta jalan bagaimana negara sosialis menjadi makmur tanpa ada kemiskinan atau kelaparan melalui revitalisasi di pedesaan.

Baca Juga: Dorong Ekonomi Desa, LPDB Siapkan Pembiayaan untuk 80 Kopdes Usai Terbitnya Permenkop Baru

Idenya adalah untuk meningkatkan produksi pertanian, mengembangkan perumahan dan tata guna lahan pedesaan, memperbaiki lingkungan, dan mengurangi kemiskinan di daerah miskin.

Dalam dokumen pemerintah, disebut bahwa Tiongkok sudah menyalurkan dana hampir 1,6 triliun yuan (setara 246 miliar dolar AS) untuk program pengentasan kemiskinan sepanjang 2013-2021 termasuk program-program mengatasi kesenjangan pembangunan antara perkotaan dan pedesaan.

Pada 25 Februari 2021, dalam satu pertemuan akbar di Balai Besar Rakyat Beijing yang diadakan khusus untu menandai pencapaian China dalam pengentasan kemiskinan, Presiden Xi Jinping menyatakan Tiongkok secara resmi menghapus kemiskinan absolut di negara tersebut.

Ia mengatakan ada 98,99 juta penduduk pedesaan di 128.000 desa yang tadinya hidup di bawah garis kemiskinan sudah tidak miskin lagi, dengan batas kemiskinan absolut di desa di China adalah mereka dengan pendapatan sama atau kurang dari 3.218 RMB per tahun (sekitar Rp7,2 juta).

Pada 2020, pemerintah China menyebut pendapatan per kapita penduduk pedesaan mencapai 17.131 yuan (sekitar Rp38 juta)

Pada 2021, pemerintah China juga meloloskan Undang-Undang Promosi Revitalisasi Pedesaan dan Administrasi Nasional untuk Revitalisasi Pedesaan dan membentuk Administrasi Nasional untuk Revitalisasi Pedesaan (NARR) di bawah Kementerian Pertanian dan Urusan Pedesaan untuk melaksanakan tugas tersebut.

Alasannya, meski kemiskinan absolut sudah tidak ada lagi di China, pembangunan diniai tidak seimbang dan lebih condong ke pusat-pusat perkotaan sehingga dapat menggagalkan program pengentasan kemiskinan secara menyeluruh.

Pemerintah Tiongkok kemudian mengamanatkan untuk menghidupkan kembali desa-desa yang total dihuni sekitar 840 juta orang (60 persen populasi).

Strategi revitalisasi pedesaan PKC termasuk juga menciptakan kondisi yang berkelanjutan di daerah pedalaman agar penduduk desa dapat mencari nafkah di tanah kelahiran mereka, dapat meningkatkan status sosial ekonomi mereka dan akhirnya membantu mendongkrak permintaan domestik.

ANTARA berkesempatan untuk mengunjungi sejumlah desa hasil revitalisasi di dua provinsi bagian Timur China yaitu Jiangsu dan Zhejiang.

Mantan pekerja tambang bernama Ge Yuande dan koleksi batunya di Desa Yucun, kecamatan Tianhuangping, kabupaten Anji, provinsi Zhejiang, China pada Jumat (13/6/2025) [Suara.com/ANTARA]
Mantan pekerja tambang bernama Ge Yuande dan koleksi batunya di Desa Yucun, kecamatan Tianhuangping, kabupaten Anji, provinsi Zhejiang, China pada Jumat (13/6/2025) [Suara.com/ANTARA]

Desa Xiangban Sujia

Desa Xiangban Sujia memiliki luas 16 hektare berada di distrik Jiangning, kota Nanjing provinsi Jiangsu dan fokus untuk wisata.

Sejak masuk dari gerbang desa, tidak terlihat suasana "khas desa di China" tapi lebih ke suasana resor modern yang penuh dengan "homestay", kafe, restoran, toko kerajinan tangan ditambah dengan kebun tanaman organik yang asri.

Direktur subdistrik Moling yang membawahi desa itu, Zhang Jing, mengatakan bahwa mereka menerima 500.000 wisatawan dengan pendapatan hampir 30 juta RMB.

Karena program revitalisasi desa, ada sekitar 30 pengusaha muda yang berbisnis di desa itu dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi hampir 100 orang penduduk desa.

Desa tersebut memang ditata secara apik dengan nuansa anak muda sehingga menampilkan danau Bailu di sisi kiri dan bunga-bunga mekar di sisi kanan serta panorama pegunungan dari kejauhan.

Terlebih lokasinya yang hanya butuh berkendara satu jam dari ibu kota Nanjing membuat lokasi itu menjadi salah satu pilihan untuk berlibur dan bersantai pada akhir pekan.

Seorang pengusaha kedai kopi lokal "Spark Coffee" bernama Zhang Min mengatakan ia awalnya mendirikan kedai kopi di kota Nanjing lalu kemudian pindah ke desa itu pada 2017.

Per hari, 60-80 gelas kopi terjual dari kedai kopi tersebut meski harganya lumayan "mahal" yaitu sekitar 35-38 RMB dibanding merek kopi waralaba China yang harga per gelas bisa dibanderol dengan harga 9.9 RMB.

Produk favorit "Spark Coffee" adalah kopi susu kesemek yaitu kopi susu yang dicampur dengan buah kesemek hasil dari daerah sekitar.

Desa budaya teh Huanglongxian

Desa budaya teh Huanglongxian Jinling juga terletak distrik Jiangning, kota Nanjing provinsi Jiangsu adalah desa wisata dengan melakukan budidaya teh.

Berada di kawasan seluas 91 hektare tersebut, desa ini dihuni 135 penduduk dari 52 kepala keluarga.

Desa ini juga dikenal sebagai "Desa Nomor Satu Pariwisata Budaya Teh Jinling", desa ini telah memenangkan banyak penghargaan termasuk "Desa Percontohan untuk Pariwisata Pedesaan" tingkat nasional.

Berbeda dengan Desa Ideal Xiangban Sujia, Desa budaya teh Huanglongxian masih menunjukkan sisi "tradisional China" dengan kehadiran paifang () atau gapura yang dihiasi kaligrafi simbol kebajikan, dan ukiran di depan desa sedangkan jalan desa sepanjang 430 meter terbuat dari batu bata tradisional untuk mempertahankan karakter pedesaan asli.

Desa ini menyediakan beragam kegiatan terkait teh seperti upacara minum teh, seni teh, pengalaman memetik teh, penelitian dan pengembangan teh hingga penjualan produk teh.

Menurut pengurus desa, pendapatan tahunan rata-rata penduduk desa telah meningkat dari 18 ribu RMB (sekitar Rp40,8 juta) menjadi lebih dari 108 ribu RMB (sekitar Rp245 juta) per tahun.

Kualitas teh di daerah tersebut disebut tinggi karena terletak jauh dari polusi perkotaan sehingga tanah tidak asam, tidak menggunakan pestisida buatan, dan menggunakan cara manual untuk memproduksi teh untuk memastikan kualitas teh baik dan stabil.

Ada 42 usaha di desa tersebut termasuk "homestay", restoran, maupun kedai teh dan kopi hingga pertunjukan teh. Selain menikmati berbagai bentuk teh, pengunjung juga bisa berkemah dan "hiking" ke Gunung Gui yang memiliki bentuk seperti kura-kura.

Desa Ideal Xiangban Sujia di distrik Jiangning, kota Nanjing provinsi Jiangsu, China pada Selasa (10/6/2025) [Suara.com/ANTARA]
Desa Ideal Xiangban Sujia di distrik Jiangning, kota Nanjing provinsi Jiangsu, China pada Selasa (10/6/2025) [Suara.com/ANTARA]

Desa Yucun

Desa Yucun terletak di kecamatan Tianhuangping, kabupaten Anji, provinsi Zhejiang dengan luas 387 hektare yang termasuk hutan bambu dan sawah dengan 280 kepala keluarga dan sekitar 800 orang warga.

Pada 2024, desa tersebut dilaporkan menghasilkan 22 juta RMB dan mencatat pendapatan per kapita penduduk desa sebesar 74 ribu RMB. Desa Yucun juga telah menarik 1,2 juta wisatawan.

Desa Yucun pernah dikunjungi Xi Jinping saat ia menjabat sebagai Sekretaris PKC provinsi Zhejiang pada 2005. Saat itu Xi sudah memperkenalkan "model pembangunan baru".

Pada masa lalu, desa tersebut sesungguhnya adalah lokasi tambang dan sejumlah industri, tapi tambang sudah habis maka pemerintah pun mengubah desa dengan mengusung tema desa hijau.

Wakil Sekretaris PKC Desa Yucun sekaligus Wakil Direktur Komite Manajemen Resor Pariwisata Yucun Wang Yucheng yang berusia 40 mengatakan saat ini ada sekitar 200 anak muda asli desa Yucun yang menetap dan bekerja di desa itu.

"Kami adalah yang pertama menutup pabrik semen dari tambang dan mengganti menjadi kawasan ekologi," kata Wang.

Sekitar 60 persen penduduk desa bekerja di sektor pariwisata dengan membangun "homestay", restoran, kedai kopi dan usaha wisata lain, selain itu penduduk juga memperoleh penghasilan dari hasil menyewakan tanah dan bangunan mereka ke pengusaha luar maupun sistem bagi hasil dalam usaha yang masih ada di desa itu.

Desa Yucun juga bermitra dengan Shanghai Film Studio yang membuka bioskop kecil di lokasi tersebut sehingga membawa suasana menonton di bioskop modern yang lengkap dengan kafe tapi dengan suasana pedesaan.

Wang menyebut, saat Desa Yucun masih fokus ke tambang dan industri berat kondisi Danai Taihu dan air tanah mengalami pencemaran berat sehingga sebagian besar warganya sakit dan mencari pengobatan keluar.

"Hal itu menjadi tekanan besar bagi kami, sehingga kami ingin memperbaiki kondisi tersebut," ungkap Wang.

Di Desa Yucun, ungkap Wang tidak ada program "makan gratis bagi anak-anak",tapi pemerintah desa memberikan makanan gratis bagi warga senior karena kebanyakan anak muda maupun penduduk usia produktif bekerja di luar rumah sedangkan ana-anak berada di sekolah, sehingga hanya ada para lansia di rumah.

"Kami punya kantin untuk para lansia di sini, bahkan untuk para lansia yang sulit keluar rumah, kami mengirimkan makanan ke rumah mereka. Sedangkan anak-anak bisa makan makanan di sekolah," tambah Wang.

Seorang mantan pekerja tambang bernama Ge Yuande saat ini pun mengelola "homestay" tiga lantai dan membuat kerajinan batu menjadi karya seni senilai ratusan ribu yuan.

"Dulu saya berjualan batu tapi yang merusak lingkungan, sekarang berjualan batu dengan lebih bertanggung jawab," kata Ge, pria berusia 64 tahun yang sudah menjadi penambang sejak usia 17 tahun.

Desa Xilong

Desa Xilong, kabupaten Anji, provinsi Zhejiang punya satu lokasi utama bernama "Anji Creative and Design Center" (ACDC) yaitu pusat kreatif dan desain bagi para digital nomad dan pembuat konten yang mencari lingkungan kerja inspiratif di pedesaan.

ACDC terdiri atas ruang kerja bersama (co-working space), perpustakaan, kafe, ruang pameran, area kerja fleksibel dan menyatu dengan Desa Xilong yang dikenal sebagai perkebunan teh putih (Bai Ye Yi Hao).

Di lokasi itu juga hadir "Digital Nomad Anji" (DNA) yaitu satu komunitas yang menyediakan akomodasi bagi para pekerja jarak jauh misalnya desainer, ilustrator, pengembang perangkat lunak, fotografer hingga penulis lepas.

Revitalisasi desa terjadi karena menarik kaum muda urban ke desa, meningkatkan ekonomi lokal sekaligus memperkenalkan konsep kerja modern ke daerah pedesaan.

"China sudah memiliki banyak kota kelas dunia, dan kami juga layak memiliki desa-desa kelas dunia. Kami ingin memperkenalkan keindahan pedesaan China kepada dunia, sekaligus menyediakan berbagai pilihan gaya hidup bagi orang-orang dengan preferensi berbeda," kata Presiden Aijia Group Li Yanyi, pengelola ACDC.

Li yang bersekolah di Kanada sejak sekolah menengah hingga mendapat gelar sarjana kemudian melanjutkan ke Universtas Waseda Jepang untuk mendapat gelar S2 dan S3 mengaku pulang ke China untuk meneruskan bisnis keluarganya.

Pengalaman belajar di berbagai negara membantu dia untuk memahami kebutuhan generasi China soal lingkungan kerja.

"Selama tiga tahun kami beroperasi di sini, kami menemukan karakteristik unik: ada digital nomad senior maupun mahasiswa yang mencoba hidup sebagai pekerja lepas. Mereka saling berbagi pengalaman tentang keseimbangan kerja, beberapa bahkan berkolaborasi dengan pengusaha teh di desa untuk desain kemasan produk," ungkap Li.

ANTARA memang hanya mengikuti tur ke desa-desa yang "berhasil" direvitalisasi, tapi 4 contoh desa dari 38755 daerah setingkat desa atau subdistrik setidaknya menunjukkan bahwa China ingin melakukan apa yang disebut oleh Xi Jinping "Orang Tiongkok harus memiliki mangkuk nasi mereka sendiri, dan mengisinya dengan makanan mereka sendiri"

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI