Tudingan ini, meskipun masih bersifat umum dan tidak menunjuk hidung secara spesifik, telah berhasil memantik api diskusi. Sebagian publik mendukung keberanian Guru Gembul untuk menyuarakan kritik yang dianggap tabu.
Mereka menilai ini sebagai momentum untuk mendorong transparansi yang lebih besar di kalangan lembaga dan tokoh agama.
Namun, tidak sedikit pula yang mengecam pernyataan tersebut. Kalangan ini menganggap tudingan tanpa bukti konkret dan penyebutan nama yang jelas sebagai fitnah yang dapat merusak citra ulama secara keseluruhan. Mereka khawatir hal ini akan menimbulkan ketidakpercayaan publik terhadap figur-figur yang selama ini dihormati dan menjadi panutan masyarakat.
Beberapa pihak menuntut Guru Gembul untuk memberikan bukti atau setidaknya menyebutkan inisial tokoh yang ia maksud agar tidak menjadi bola liar yang menyudutkan semua ulama. Hingga saat ini, belum ada klarifikasi lebih lanjut dari Guru Gembul mengenai identitas ulama yang ia sebutkan dalam videonya.
Kontroversi ini menyoroti dilema besar dalam masyarakat. Di satu sisi, ada kebutuhan mendesak untuk akuntabilitas dan pengawasan terhadap semua figur publik, termasuk tokoh agama.
Di sisi lain, ada risiko besar terjadinya delegitimasi dan krisis kepercayaan terhadap institusi keagamaan jika tuduhan serius dilontarkan tanpa diiringi proses pembuktian yang adil dan transparan.