'Juliana Dibiarkan Mati': Keluarga Tuntut Keadilan, Kuak Borok Sistem Penyelamatan Rinjani?

Bangun Santoso Suara.Com
Kamis, 26 Juni 2025 | 19:14 WIB
'Juliana Dibiarkan Mati': Keluarga Tuntut Keadilan, Kuak Borok Sistem Penyelamatan Rinjani?
Juliana Marins pendaki Brasil meninggal di Gunung Rinjani. (dokumen keluarga/via BBC)

Meskipun cuaca buruk diakui sebagai tantangan, para ahli menilai seharusnya ada rencana darurat yang matang untuk mengatasinya.

"Jadi, jika alat siap dan personel siap, cuaca dan medan apapun, rasanya ada celah-celah yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan penyelamatan," tegas Galih.

Di sisi lain, pemerintah memberikan pembelaan. Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), Yarman Wasur, membantah proses berjalan lambat.

"Rinjani ini merupakan lokasi yang ekstrem, topografi yang ekstrem, dan cuaca di sini sangat berubah setiap saat. Ini yang menghambat tim evakuasi tidak maksimal," kata Yarman.

Ia juga menambahkan bahwa korban sempat hilang jejak setelah jatuh lebih dalam dari perkiraan awal, yang semakin mempersulit pencarian.

Misteri Helikopter yang Tak Kunjung Menyelamatkan

Pertanyaan terbesar publik adalah mengapa helikopter tidak segera dikerahkan. Kepala Basarnas, Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii, menyatakan cuaca menjadi kendala utama. Namun, pengamat penerbangan Gerry Soejatman mengungkap fakta teknis yang lebih dalam.

Menurutnya, korban berada di ketinggian 9.400 kaki, sementara kemampuan helikopter Basarnas untuk melayang stabil (Hover OGE) jauh di bawah angka itu.

"Jadi di sini bisa kelihatan, heli Basarnas tidak akan bisa melakukan hoisting rescue korban, mau cuacanya bagus sekalipun," kata Gerry.
Ini menunjukkan adanya keterbatasan kapabilitas alutsista yang fundamental.

Baca Juga: 'Neraka' di Rinjani: Pakar Ungkap Kombinasi Maut Gas Beracun-Suhu Ekstrem Tewaskan Pendaki Brasil

Kecelakaan Berulang, Kapan Belajar?

Tragedi Juliana bukanlah yang pertama. Minimnya infrastruktur keselamatan seperti pagar atau tali pembatas di titik-titik maut menjadi sorotan.

Para ahli mendesak adanya perbaikan total, termasuk pembuatan buku panduan prosedur darurat yang jelas dan pelatihan intensif bagi pemandu lokal.

Kepala Balai TNGR, Yarman Wasur, mengklaim pihaknya sudah memasang tali pengaman dan CCTV, serta memberlakukan SOP.

"Ini artinya human error, kami sudah melakukan segala antisipasi," katanya.
Namun, ia berjanji akan melakukan evaluasi total setelah kejadian ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI