Kisah Horor Paul Farrell Jatuh 200 Meter di Rinjani: "Saya Rela Buat Perjanjian dengan Iblis"

Bangun Santoso Suara.Com
Jum'at, 27 Juni 2025 | 12:57 WIB
Kisah Horor Paul Farrell Jatuh 200 Meter di Rinjani: "Saya Rela Buat Perjanjian dengan Iblis"
Ilustrasi Gunung Rinjani. (Foto: Wikipedia)

Suara.com - Nasib nahas yang menimpa Juliana Marins, pendaki Brasil yang tewas di Gunung Rinjani, nyaris terulang pada Paul Farrell. Pria asal Irlandia ini selamat setelah terjatuh dari ketinggian 200 meter di medan curam gunung berapi paling ikonik di Indonesia itu.

Disitat dari laman BBC, Jumat (27/6/2025) semua berawal dari hal sepele. Setelah berhasil mencapai puncak, Farrell merasa terganggu oleh kerikil di dalam sepatunya.

"Karena tidak nyaman, saya memutuskan untuk melepas sepatu kets untuk mengeluarkan kerikil. Saya juga melepas sarung tangan agar leluasa mencopot sepatu," kata Paul Farrell dalam wawancara dengan BBC News Brasil.

Saat itulah bencana terjadi. Embusan angin kencang tiba-tiba menerbangkan sarung tangannya ke arah tebing. Farrell spontan bergerak untuk menggapainya.

"Pada saat itu, saya berlutut. Tanah tempat saya berdiri runtuh begitu saja," katanya.

Farrell terperosok ke dalam jurang. Seketika, insting bertahan hidupnya mengambil alih. Menurutnya, ia masuk ke "mode bertahan hidup."

"Kecepatan saya jatuh makin cepat, adrenalin terpompa. Saya segera menyimpulkan bahwa saya bisa mati kapan saja," kenangnya.

Dalam hitungan detik yang terasa seperti selamanya, satu-satunya pikiran Farrell adalah berhenti. Ia berusaha menghentikan laju tubuhnya yang meluncur deras di lereng curam.

"Saya mencoba menancapkan kuku dan tangan saya ke apa saja, hanya untuk memperlambat. Sampai saya melihat sebuah batu besar dan saya mencoba mengalihkan jalan saya ke arah batu itu," ujarnya.

Baca Juga: Dari Pemulung Sampah jadi Pahlawan Gunung Rinjani, Kisah Inspiratif Agam Mendunia

"Saya menabrak batu itu, tetapi untungnya saya berhasil menghentikan laju jatuh," sambungnya.

Farrell berhenti di kedalaman 200 meter. Ajaibnya, ia hanya menderita beberapa luka dan goresan. Namun, posisinya sangat berbahaya.

"Meski begitu, saya tidak aman. Di tempat itu, saya bisa terpeleset kapan saja."

Seorang pendaki perempuan asal Prancis yang berada di dekatnya menyaksikan seluruh kejadian.

"Saya berteriak sekuat tenaga agar dia mencari anggota tim lainnya dan meminta bantuan. Kemudian dia berlari kembali ke base camp dan memperingatkan orang-orang," jelasnya.

Selama lima hingga enam jam berikutnya, Farrell bertahan di pijakan batu sempit itu, terjebak antara hidup dan mati.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI