suara hijau

KTT Kelautan PBB di Nice Jadi Momentum Global Lindungi Laut, Apa Tantangannya?

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Sabtu, 28 Juni 2025 | 11:08 WIB
KTT Kelautan PBB di Nice Jadi Momentum Global Lindungi Laut, Apa Tantangannya?
Ilustrasi laut (Pexels/Kellie Churchman)

Suara.com - Untuk pertama kalinya dalam sejarah, lebih dari 60 kepala negara dan pemerintahan berkumpul membahas satu isu yang selama ini kerap dilupakan: laut.

KTT Kelautan PBB diadakan di Nice, Prancis Selatan, pada pertengahan Juni 2025, dan dinilai sebagai tonggak penting dalam perjuangan melindungi samudra dunia dari kerusakan permanen.

Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut forum ini sebagai “momen yang menentukan” bagi masa depan laut.

“Belum pernah sebelumnya pemimpin dunia berkumpul sebanyak ini untuk membicarakan laut,” ujarnya dalam sambutan pembuka, melansir Guardian, Sabtu (28/6/2025). 

Langkah Besar: Perjanjian Laut Lepas Segera Berlaku

Salah satu hasil utama dari KTT ini adalah semakin dekatnya implementasi Perjanjian Laut Lepas, sebuah kerangka hukum global yang akan memungkinkan pembentukan kawasan konservasi di wilayah laut internasional.

Perjanjian yang telah dinegosiasikan selama lebih dari dua dekade ini ditargetkan mulai berlaku pada 1 Januari 2026.

Jika berhasil, ini menjadi alat hukum pertama untuk membantu mencapai target ambisius: melindungi 30% wilayah laut dunia pada 2030 (target 30x30).

Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, menyebut laju kemajuan ini sebagai "rekor" dan menambahkan bahwa momentum perlindungan laut kini lebih kuat dibanding sebelumnya.

Baca Juga: Menuju Dunia Kerja yang Lebih Hijau: 10 Keterampilan untuk Masa Depan Berkelanjutan

Sorotan: Tekanan Terhadap Penangkapan Ikan Merusak

Praktik penangkapan ikan destruktif seperti bottom trawling (penyeretan jaring besar ke dasar laut) menjadi salah satu isu paling kontroversial dalam konferensi. Negara-negara Pasifik telah lebih dulu melarang praktik ini di wilayah mereka, dan kini menyerukan agar negara-negara lain mengikuti jejak tersebut.

Namun Prancis, tuan rumah KTT, mendapat kritik karena belum melarang secara penuh praktik ini di kawasan lindungnya. Alexandra Cousteau, cucu tokoh konservasi laut Jacques Cousteau, menyebut janji Prancis hanya berupa "kata-kata kosong".

“Ini saatnya Prancis memimpin, tapi mereka justru melewatkan kesempatan itu,” ujar Alexandra, yang kini menjadi penasihat organisasi kelautan internasional Oceana.

Upaya Nyata dan Dukungan Simbolis

Meski ada kritik, KTT ini tetap menghadirkan sejumlah kabar baik:

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI