suara hijau

Musisi Indonesia Bersatu Suarakan Krisis Iklim Lewat Musik

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Sabtu, 28 Juni 2025 | 11:00 WIB
Musisi Indonesia Bersatu Suarakan Krisis Iklim Lewat Musik
IKLIM (The Indonesian Climate Communications, Arts & Music Lab). (Dok. Istimewa)

Suara.com - Musik tak hanya soal melodi dan lirik. Bagi 15 musisi Indonesia yang tergabung dalam lokakarya komunitas IKLIM (The Indonesian Climate Communications, Arts & Music Lab), musik adalah alat perjuangan. Tahun ini, mereka berkumpul di Ubud, Bali, untuk menciptakan lagu-lagu bertema lingkungan demi membantu Indonesia menghadapi krisis iklim.

“Ini termasuk membantu pemerintah mencapai nol emisi karbon, karena suhu bumi meningkat cepat sebelum jadi parah krisis iklim mari kita membantu Indonesia,” kata Gede Robi, vokalis Navicula sekaligus salah satu pendiri IKLIM demikian seperti dikutip dari ANTARA. 

IKLIM menjadi ruang aman dan kolaboratif bagi musisi untuk menyelami isu sosial-lingkungan, lalu mengangkatnya menjadi karya. Tahun ini adalah tahun ketiga penyelenggaraan lokakarya, dengan partisipan yang datang dari berbagai genre dan latar.

Mereka adalah Kunto Aji, Reality Club, Teddy Adhitya, Sukatani, Chicco Jerikho, Ave The Artist, Bunyi Waktu Luang, Egi Virgiawan, Majelis Lidah Berduri, Manja, Peach, Scaller, The Brandals, The Melting Minds, dan Usman and The Black Stones.

Aktivis lingkungan melakukan aksi di Jalan Sudirman, Jakarta, Jumat (27/9/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]
Aktivis lingkungan melakukan aksi di Jalan Sudirman, Jakarta, Jumat (27/9/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]

Selama lima hari penuh, para musisi ini “dicekoki” data dan cerita nyata: dari deforestasi, ancaman terhadap Raja Ampat, ekspansi tambang nikel di Morowali, hingga ketergantungan Indonesia terhadap batu bara.

“Sebenarnya kan ini kerja kolektif masyarakat dalam pelestarian lingkungan, ini bentuk kepedulian, partisipasi publik, murni masyarakat yang ingin membantu pemerintah untuk mewujudkan pelestarian lingkungan menciptakan keberlanjutan,” tambah Robi.

Tujuannya sederhana tapi kuat: melahirkan lagu yang bisa menginspirasi lebih banyak orang untuk peduli dan bertindak. Dan agar suara mereka lebih terdengar, peserta dipilih dari musisi yang sudah punya basis penggemar besar.

“Belum pernah kami mengukur seberapa besar musik, tapi dari dulu yang paling gampang mengumpulkan orang itu kan musik dan sepak bola, musik itu juga seperti soundtrack kehidupan, memberi peran untuk merawat rasa, rasa peduli pada generasi mendatang,” ujar Robi.

Kunto Aji, salah satu peserta, mengaku pengalaman ini membuka matanya. Ia terkejut melihat begitu banyak isu penting yang belum ia ketahui meski merasa cukup sering membaca.

Baca Juga: Gletser di Kanada, AS, dan Swiss Kehilangan 12 Persen Es: Apa Artinya bagi Masa Depan?

“Kami bicara isu penting soal keberlanjutan, saya ingin bahas isu ini (dalam karya) tapi harus ada ilmu alasan jelas dan ini kesempatan mahal yang bisa saya dapatkan, tapi mau nulis apa saya bingung karena banyak yang penting perlu disuarakan,” katanya.
Fathia Izzati dari Reality Club pun merasakan tantangan yang sama. Ia ingin membawa isu lingkungan ke dalam musik band-nya, yang selama ini lebih dikenal lewat lagu-lagu cinta.

“Kami juga sering bersuara tapi sebagai band belum pernah, jadi itu tantangannya, membawa fanbase kami menyuarakan isu ini dengan bahasa yang bisa diterima juga oleh mereka,” ujarnya.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI