Puasa Asyura 2025: Niat, Sejarah, dan Keutamaan Penghapus Dosa Setahun

Muhammad Yunus Suara.Com
Jum'at, 04 Juli 2025 | 13:02 WIB
Puasa Asyura 2025: Niat, Sejarah, dan Keutamaan Penghapus Dosa Setahun
Niat Puasa: Niat puasa sunnah seperti Asyura memiliki fleksibilitas. Kamu bisa meniatkannya di malam hari (lebih utama) atau di pagi harinya selama belum makan, minum, atau melakukan hal-hal yang membatalkan puasa sejak fajar terbit (Unsplash)

Nawaitu shauma 'asyura-a lillahi ta'ala.

Artinya: "Saya niat puasa Asyura karena Allah Ta'ala."

Kapan Niat Dibacakan?

Niat puasa sunnah seperti Asyura memiliki fleksibilitas. Kamu bisa meniatkannya di malam hari (lebih utama) atau di pagi harinya selama belum makan, minum, atau melakukan hal-hal yang membatalkan puasa sejak fajar terbit.

Jadi, kalau kamu lupa niat di malam hari dan terbangun dalam keadaan belum sarapan, kamu masih bisa langsung berniat dan melanjutkan puasa.

Sejarah Puasa Asyura: Jejak Syukur dari Nabi Musa hingga Nabi Muhammad SAW

Kisah di balik Puasa Asyura sangat mendalam dan penuh makna, menghubungkan jejak para nabi. Sejarahnya dapat ditelusuri dari beberapa fase:

Era Pra-Islam: Jauh sebelum kedatangan Islam, hari Asyura sudah menjadi hari yang dimuliakan oleh kaum Quraisy di Mekkah. Mereka biasa berpuasa pada hari itu.

Masa Hijrah ke Madinah: Titik utama syariat Puasa Asyura bagi umat Islam terjadi ketika Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Beliau mendapati kaum Yahudi di sana juga berpuasa pada hari ke-10 Muharram.

Baca Juga: Apa Itu Puasa Tasu'a ? Waktu, Niat, dan Sejarahnya

Ketika ditanya alasannya, mereka menjawab bahwa hari itu adalah hari di mana Allah SWT menyelamatkan Nabi Musa AS dan kaumnya, Bani Israil, dari kejaran Firaun dan bala tentaranya dengan membelah lautan.

Sebagai bentuk syukur, Nabi Musa berpuasa pada hari itu.

Penegasan dalam Islam: Mendengar hal tersebut, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Kami lebih berhak dan lebih utama terhadap Musa daripada kalian."

Sejak saat itu, beliau memerintahkan umat Islam untuk berpuasa pada hari Asyura sebagai penegasan bahwa para nabi membawa ajaran tauhid yang sama.

Untuk membedakannya dengan tradisi Yahudi, beliau berazam, "Jika aku masih hidup hingga tahun depan, sungguh aku akan berpuasa pada hari kesembilan (Tasu’a)."

Dari sinilah anjuran untuk menggandengkan Puasa Asyura dengan Puasa Tasu'a (9 Muharram) berasal, menjadikannya amalan yang lebih sempurna.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI