Ia berpendapat bahwa penegak hukum kehilangan 'moral standing' untuk menerapkan pasal berita bohong ketika pihak yang berkuasa sendiri melakukan kebohongan.
Meskipun fokus pada kasus Kasmujo, Refly Harun secara eksplisit mengaitkannya dengan isu ijazah Jokowi yang lebih besar. Ia berpandangan bahwa kebohongan dalam kasus Kasmujo ini bisa menjadi petunjuk penting dalam mengungkap kebenaran di balik polemik ijazah.
![Dosen pembimbing akademik Jokowi, Ir Kasmudjo saat ditemui di rumahnya wilayah Pogung, Sleman, Rabu (14/5/2025). [Hiskia/Suarajogja]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/05/15/10466-ir-kasmudjo.jpg)
"Meskipun fokus pada kasus Kasmudjo, isu ijazah Jokowi yang lebih besar, di mana kebohongan ini bisa menjadi petunjuk dalam kasus tersebut," jelasnya pada.
Refly juga membedakan antara kebohongan (seperti kasus Kasmujo) dengan ingkar janji atau tidak memenuhi janji kampanye, menegaskan bahwa kebohongan memiliki bobot yang berbeda dan lebih serius.
Yang tak kalah menarik, Refly Harun juga mengungkapkan keheranannya mengapa banyak "orang pandai" dan berpendidikan di sekitar Jokowi seolah bungkam atau tidak mengomentari kebohongan ini.
"Heran mengapa orang-orang pandai dan berpendidikan di sekitar Jokowi seolah tidak melihat atau mengomentari kebohongan ini," katanya.
Ia bahkan mengutip Plato, "bahwa banyak orang tidak mau mendengar kebenaran karena menikmati hasil dari kebohongan," sebuah kutipan yang ia sampaikan seolah menyiratkan adanya kepentingan di balik kebisuan tersebut.
Secara keseluruhan, pernyataan Refli Harun dalam video ini menjadi pukulan telak dalam pusaran kontroversi ijazah Jokowi. Dengan mengungkap "kebohongan ceto welo-welo" terkait Pak Kasmudjo.
Refli tidak hanya menuntut transparansi dan akuntabilitas dari pemimpin negara, tetapi juga menyoroti standar ganda dalam penegakan hukum dan mempertanyakan integritas moral di tengah gejolak informasi.
Baca Juga: Otak Pemalsuan Ijazah Jokowi? Sosok Kunci 'Widodo' Akhirnya Buka Suara Lawan Tuduhan Politisi PDIP
Kasus ini, menurutnya, bukan hanya tentang kebohongan kecil, melainkan cerminan dari masalah yang lebih besar yang memerlukan perhatian serius dari seluruh elemen bangsa.