Setiap unggahan di internet akan meninggalkan jejak digital abadi.
Video kontroversial Andini Permata akan selamanya tersimpan di berbagai platform, bahkan setelah dihapus dari akun aslinya. Bagi sang anak, jejak digital ini bisa menjadi beban di masa depan.
Saat ia beranjak dewasa, video tersebut dapat ditemukan kembali dan berpotensi memengaruhi kehidupan sosial, pendidikan, bahkan kariernya. Ia akan selamanya terasosiasi dengan narasi "bocil viral" dalam konteks yang negatif.
Kasus ini menjadi alarm keras bagi para orang tua di era digital.
Pengawasan terhadap konten yang dikonsumsi anak saja tidak cukup.
Orang tua juga perlu memberikan edukasi dan pemahaman kepada anak mengenai bahaya interaksi dengan orang asing, baik di dunia nyata maupun maya.
Lebih penting lagi, diperlukan pengawasan ketat terhadap siapa saja yang berinteraksi dan membuat konten bersama anak mereka.
Apakah konten tersebut layak, mendidik, dan tidak mengeksploitasi mereka? Pertanyaan ini harus menjadi filter utama sebelum memberikan izin.
Aspek hukum juga tidak bisa diabaikan. Undang-Undang Perlindungan Anak dan UU ITE memiliki pasal-pasal yang dapat menjerat pelaku penyebaran konten asusila atau eksploitasi anak.
Baca Juga: Siapa Andini Permata? Profil Seleb TikTok yang Viral Usai Video Kontroversial dengan Bocil
Kasus Andini Permata ini seharusnya menjadi pelajaran bagi semua kreator konten untuk lebih bijak dan bertanggung jawab.
Platform media sosial seperti TikTok pun dituntut untuk lebih proaktif dalam memoderasi dan menindak tegas konten-konten yang berpotensi merugikan anak.