Profil Muhammad Riza Chalid: Keluarga, Bisnis dan Permainan Politik si Raja Minyak

Kamis, 10 Juli 2025 | 22:06 WIB
Profil Muhammad Riza Chalid: Keluarga, Bisnis dan Permainan Politik si Raja Minyak
Profil Muhammad Riza Chalid, si raja minyak dan pengusaha yang dijadikan tersangka oleh Kejagung pada Kamis (10/7/2025). (Dok. Istimewa)

Suara.com - Muhammad Riza Chalid, seorang pengusaha kawakan dengan julukan Gasoline God Father alias si Raja Minyak Indonesia, kembali menjadi sorotan publik setelah ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan Agung pada Kamis (10/7/2025).

Kejagung menetapkan Riza Chalid sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang pada PT Pertamina Subholding dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) tahun 2018-2023.

Ini adalah kali pertama Riza Chalid, yang licin bagai belut, dijerat hukum meski baru berstatus sebagai tersangka. Lantas, bagaimana profil Muhammad Riza Chalid sebenarnya?

Lahir pada tahun 1960, Riza Chalid adalah seorang pengusaha ulung yang dijuluki "Saudagar Minyak" hingga "The Gasoline Godfather" karena dominasinya dalam bisnis perdagangan minyak bumi.

Gurita bisnisnya tak hanya di sektor energi, tetapi juga merambah ritel mode, perkebunan sawit, hingga industri minuman. Namanya menjadi identik dengan Petral (Pertamina Energy Trading Limited), anak perusahaan Pertamina yang berbasis di Singapura, tempat ia lama mengendalikan alur impor minyak.

Menikah dengan Roestriana Adrianti atau Uchu Riza pada 1985, pasangan ini dikaruniai dua anak, Muhammad Kerry Adrianto Riza dan Kenesa Ilona Rina.

Putranya Muhammad Kerry Andrianto Riza, sudah lebih dulu ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejagung dalam kasus dugaan korupsi yang sama.

Meski membangun Kidzania, fasilitas pendidikan dan bermain anak di Jakarta, keluarga ini lebih banyak menghabiskan waktu di Singapura, pusat operasi bisnisnya.

Dari sanalah ia mengendalikan sejumlah perusahaan seperti Supreme Energy, Paramount Petroleum, dan Cosmic Petroleum.

Baca Juga: Masih Lolos Saja, Muhammad Riza Chalid Kabur ke Singapura Usai Dikeker Kejagung

Kekayaannya ditaksir mencapai US$415 juta, yang menempatkannya sebagai orang terkaya ke-88 di Indonesia versi Globe Asia pada 2015. Namun, di balik kesuksesannya, namanya tak pernah lepas dari kontroversi.

Jauh sebelum kasus yang menjerat dirinya ini, jejak Riza Chalid sudah terekam dalam berbagai peristiwa besar.

Pada 1997, ia mewakili perusahaan milik keluarga Cendana, PT Dwipangga Sakti Prima, dalam pembelian pesawat Sukhoi dari Rusia. Perusahaan ini pernah terlibat dalam kasus dugaan korupsi pengadaan pesawat Hercules pada 1996.

Pada 2008, nama Riza Chalid mencuat dalam kasus Petral (anak usaha Pertamina), yang membeli minyak mentah bernama Zatapi dari dua perusahaan yang terafiliasi dengan Riza Chalid. Pembelian 600 ribu barel minyak ini diduga telah diatur.

Meskipun saat itu Direktur Utama Pertamina menyebut harganya murah, hitungan para trader justru sebaliknya. Harga minyak Zatapi dianggap kemahalan hingga US$ 11,72 per barel.

Akibatnya, Pertamina diperkirakan tekor hingga Rp 65,5 miliar. Namun, kasus ini akhirnya dihentikan oleh Bareskrim Polri karena dinilai tidak merugikan negara.

Lalu di 2015, Nama Riza kembali muncul dalam hasil audit forensik Petral pada 2015. Audit tersebut mengungkap adanya kebocoran informasi rahasia tender minyak Pertamina.

Informasi penting seperti harga perkiraan sendiri (HPS) sengaja dibocorkan melalui sebuah grup e-mail ke perusahaan luar yang terafiliasi dengan Riza Chalid.

Akibatnya, Pertamina selalu kalah dalam tender dan tidak pernah mendapatkan harga minyak yang kompetitif. Hal ini diungkapkan oleh Menteri ESDM saat itu, Sudirman Said.

Masih di tahun yang sama, Riza Chalid terekam dalam sebuah pertemuan bersama Ketua DPR saat itu, Setya Novanto, dan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Maroef Sjamsoedin.

Dalam rekaman yang fenomenal itu, Setya Novanto dan Riza Chalid diduga mencatut nama Presiden Jokowi untuk meminta jatah 11 persen saham Freeport.

Meskipun Kejaksaan Agung sempat mengusut kasus ini sebagai permufakatan jahat, kasus tersebut pada akhirnya dihentikan dan Riza tidak lagi diperiksa.

Di ranah politik, pengaruhnya juga terasa kuat. Riza Chalid disebut-sebut menjadi salah satu penyokong dana utama untuk Prabowo Subianto dalam Pemilu 2014. Ia juga diduga mendanai tabloid kontroversial Obor Rakyat dan membeli Rumah Polonia yang menjadi markas pemenangan Prabowo-Hatta.

Kekinian Riza Chalid sudah ditetapkan sebagai tersangka dalam kapasitasnya sebagai beneficial Owner PT Orbit Terminal Merak, yang diduga terlibat dalam kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang pada PT Pertamina Subholding dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) tahun 2018-2023.

Menurut Kejagung, sayangnya Muhammad Riza Chalid diduga sudah melarikan diri ke luar negeri. Kini statusnya adalah buronan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI