Suara.com - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi meninjau langsung pembebasan lahan di lereng Gunung Salak yang belakangan ini jadi sorotan.
Masyarakat sekitar meresahkan pembebasan lahan tersebut, lantaran kini menyebabkan banjir di sejumlah daerah di Bogor.
Kawasan yang disidak oleh Dedi Mulyadi itu merupakan proyek Pembangunan Lapangan Golf yang kini mulai di tahap pembibitan rumput.
Setelah dicek secara sekilas, proyek tersebut sudah meyalahi aturan, lantaran belum memiliki dokumen AMDAL.
AMDAL sendiri merupakan kajian mengenai dampak besar dan penting usaha atau kegiatan terhadap lingkungan hidup.
Saat tiba di Lokasi, Dedi Mulyadi kemudian ditemui langsung oleh pihak dari kontraktor yaitu PT. Bumi Halimun Indah.
Perwakilan dari pihak PT. Bumi Halimun Indah (BHI), Arya mengungkapkan soal proyek Pembangunan lapangan Golf di lereng Gunung Salak tersebut belum dilengkapi dengan dokumen AMDAL.
Meski sudah tertangkap basah bahwa proyek tersebut belum memiliki izin lingkungan dan sebagainya, namun Arya mengaku jika semuanya masih dalam proses.
“Pagi pak saya Arya dari PT. BHI,” Ucap Arya menyapa Dedi Mulyadi, dikutip dari youtube Kang Dedi Mulyadi Channel, Kamis (10/7/25).
Baca Juga: Akhir Cerita Anak Pemulung Bantargebang Ditolak Masuk SMP Negeri Kota Bekasi
“Pagi, iya.. jadi yang bangun ini?” jawab Dedi.
“Betul pak.” Sahut Arya.
“Ada dokumen AMDAL nya?,” tanya Dedi.
“Dokumen AMDAL belum pak,” jawab Arya.
“Boleh nggak kegiatannya diteruskan, tapi dokumen AMDALnya belum selesai?,” tanya Dedi Kembali.
“Lagi proses pak,” jawab Arya sembari meyakinkan.
“Tidak ada, ini Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat,” sahut Dedi.
Dalih menunggu arahan dari PT BHI tak membuat Dedi berubah pikiran, pihaknya tetap bersikeras menghentikan pembangunan lapangan golf tersebut.
Dedi mengungkapkan jika pihaknya perlu mengkaji lebih lanjut dan melakukan penelitian terhadap proyek tersebut, termasuk mencari apakah ada dampaknya atau tidak.
“Hentikan dulu seluruh proyeknya, karena saya harus melakukan penelitian dulu,” perintah Dedi.
“Siap,” jawab Arya sigap.
Dedi sangat menyayangkan pembukaan lahan dilereng Gunung Salak tersebut, yang rupanya sudah satu tahun lalu.
“Ini ada banjir di bawah pak, ini kan harusnya nggak dibuka lahannya, ini lereng,” ujar Dedi.
Dedi menegaskan bahwa pihaknya akan melakukan kajian, dan apabila nantinya terbukti proyek tersebut berpotensi bencana maka akan dihentikan.
“Nanti saya bikin kajian. Kalau nanti tim dari ahli saya menyatakan bahwa ini berpotensi menimbulkan bencana di bawah, proyeknya harus dihentikan,” ujarnya.
“Di bawah ini teriak-teriak banjir, karena sebelumnya tidak pernah banjir,” sambungnya.
Setelah memberi perintah untuk menghentikan sementara proyek Pembangunan lapangan Golf tersebut, Dedi sontak menyentil halus sang kontraktor.
Saat ditanya dari mana asalnya, jawaban Arya sontak menjadi peluru yang menusuk secara mendadak.
Pasalnya, Arya mengaku jika dirinya berasal dari Jakarta. Sementara itu selama ini Masyarakat Jakarta mengeluhkan banjir yang diakibatkan dari puncak.
“Bapak orang mana?” tanya Dedi.
“Saya Jakarta pak,” jawab Arya.
“Jakarta kan, Jakarta darimana itu banjirnya? Katanya dari Bogor, tapi yang buka lahan Bogornya orang mana?” tanya Dedi dengan nada menyindir.
“Orang Jakarta pak, hehe,” celetuk Arya.
Banjir Bogor
Banjir bandang dan longsor yang melanda sejumlah desa di Bogor awal bulan ini menjadi tragedi yang memilukan.
Puncak yang notabennya Kawasan aman dari serangan air, kini justru menjadi korban utama saat musim hujan tiba.
Titik banjir berlokasi di Kecamatan Megamendung, Desa Cipayung, Desa Cipayung Girang dan Desa Gadog. Semua desa tersebut berada di Kawasan puncak.
Lokasi banjir lainnya terjadi di Kecamatan Cisarua, tepatnya di Desa Kopo, Desa Tugu Utara, dan Desa Tugu.
Di wilayah tersebut juga terjadi longsor yang merusak tiga akses jalan dan satu rumah warga.
Selain itu, air meluap dari Kawasan Rest Area Gunung Mas hingga merendam pemukiman warga, sehingga dua rumah mengalami kerusakan berat.
Kontributor : Kanita