Kedua pakar sama-sama menyoroti pentingnya scientific crime investigation. Susno Duadji menyebut beberapa bukti kunci, yaitu sidik jari pada lakban dan jejak digital dari ponsel korban.
"Sidik jari yang paling memungkinkan itu adalah lakban di kepalanya.
Di lakban itu apakah hanya sidik jari korban atau ada sidik jari orang lain?" kata Susno.
Ia juga menambahkan, "HP korban harus dibuka. Dengan siapa dia berbicara, dengan siapa dia WA, dengan siapa dia berkomunikasi, dan apa pembicaraan atau apa komunikasinya."
4. Motif: Dari Dendam, hingga Pekerjaan
Susno Duadji membuka spektrum motif yang sangat luas, dari yang bersifat pribadi hingga profesional. "Bisa sebab dendam, bisa sebab karena karena persaingan," ujarnya.
Analisis ini mengisyaratkan agar polisi tidak terpaku pada satu kemungkinan motif saja dan harus menelusuri semua aspek kehidupan korban, termasuk latar belakang pekerjaannya sebagai diplomat yang mungkin memiliki risiko tersendiri.
5. Kunci Akhir: Menanti Hasil Autopsi
Baik Susno maupun Adrianus sepakat bahwa jawaban final akan sangat bergantung pada hasil autopsi. Adrianus menyatakan bahwa publik perlu bersabar menanti rilis resmi dari kepolisian untuk menghentikan analisis liar.
Baca Juga: Bongkar CCTV Kematian Diplomat Arya Daru: 5 Momen Kunci dari Aktivitas Terakhir
Susno menambahkan bahwa autopsi akan menjawab pertanyaan fundamental.
"Hasil dari autopsi itu akan menjawab, apakah korban misalnya meninggal karena menegak obat? Apakah korban pada tubuhnya ditemukan ada hal-hal yang janggal, misalnya ada bekas pukulan, bekas tusukan, dan lain sebagainya," ujar Susno.