Gaya Gibran di Lemhannas Diapresiasi Pengamat Intelijen: Dia Hormati Para Senior

Wakos Reza Gautama Suara.Com
Kamis, 17 Juli 2025 | 12:45 WIB
Gaya Gibran di Lemhannas Diapresiasi Pengamat Intelijen: Dia Hormati Para Senior
Gaya Gibran saat di acara Lemhanas diapresiasi Pengamat Intelijen. [youtube setwapres]

Ia melihat Gibran sebagai representasi anak muda yang sedang berjuang membuktikan kapasitasnya di panggung tertinggi.

"Kasih waktu lah. Dia sedang melakukan sesuatu hari ini. Kasih kesempatan. Ini anak muda, lebih muda dari kita. Tapi kan dia sedang berjuang untuk menunjukkan bahwa gue juga bisa," tegas Ridlwan.

Ia pun menetapkan batasan yang jelas bagi kritik. Kritik harus didasarkan pada fakta dan pelanggaran hukum yang konkret, bukan sekadar mencari-cari kesalahan.

"Dihargai kecuali ada pelanggaran spesifik detail jelas pelanggaran hukum yang melanggar konstitusi masuklah ke situ. Tapi kalau kemudian dicari-cari, diungkap-ungkap yang secara pembuktian masih belum ada, apa ya begitu," paparnya.

Peringatan Keras: "Jangan Merembet ke Istri!"

Di sinilah analisis Ridlwan menjadi sangat tajam. Ia mengamati adanya pergeseran pola serangan yang menurutnya tidak sehat dan kontraproduktif.

Ketika opini untuk menyerang Gibran mulai tumpul, sasaran beralih ke orang terdekatnya, sebuah taktik yang ia kritik keras.

"Gagal mengalahkan opini soal Dik Gibran, ke istrinya, Dik Selvi ini ga bisa bicara. Kok terus merembet ke istri, nanti merembet ke Jan Ethes," ungkapnya dengan nada prihatin.

Baginya, menyeret keluarga ke dalam arena pertarungan politik adalah sebuah tanda kekalahan strategi dan kegagalan untuk move on.

Baca Juga: Rocky Gerung: Jika Gibran Dimakzulkan Jadi Hukuman Tak Langsung untuk Jokowi

Sebagai gantinya, Ridlwan menawarkan "resep" yang lebih konstruktif bagi oposisi. Daripada terjebak dalam sentimen personal, ia menyarankan agar energi tersebut dialihkan untuk mempersiapkan kontestasi berikutnya.

"Ga move on lah kita ini bang, waktunya sudah mepet, bentar lagi juga sudah pemilu lagi. Kalau tidak setuju sama Gibran, kan ada waktu untuk mengalahkan dia kalau dia maju lagi. Yang mau ngalahin Gibran, bekerjalah dari sekarang, bangun tim. Mulai rekrut anak-anak muda," sarannya.

Analisis ini ditutup dengan metafora perang yang lugas, sebuah panggilan untuk bangkit dari kekalahan dan bersiap untuk pertarungan gagasan di masa depan, bukan dengan menyerang personal.

"Oke kita udah perang kalah, kita siapin, nanti kalau Gibran maju lagi berperang lagi," ucap Ridlwan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI