5 Kejanggalan Kasus Diplomat Arya Daru Tewas Dilakban yang Buat Polisi Kerja Keras

Tasmalinda Suara.Com
Selasa, 22 Juli 2025 | 09:15 WIB
5 Kejanggalan Kasus Diplomat Arya Daru Tewas Dilakban yang Buat Polisi Kerja Keras
Diplomat Muda Kemlu RI Arya Daru Pangayunan terlihat masih hidup dan sempat membuang sesuatu dalam plastik hitam pada Senin (7/7/2025)

Suara.com - Dua pekan sudah berlalu sejak penemuan jasad diplomat muda Arya Daru Pangayunan (39) yang mengejutkan publik.

Namun, alih-alih menemukan titik terang, kasus kematian di sebuah kamar kos elit Menteng ini justru semakin diselimuti kabut teka-teki. Polisi seolah dihadapkan pada "tembok bisu", sementara spekulasi liar terus berkembang di tengah masyarakat.

Kasus yang dijanjikan akan terungkap dalam sepekan ini ternyata jauh lebih rumit dari yang dibayangkan.

Berbagai kejanggalan membuat skenario kematian Arya Daru menjadi salah satu misteri kriminal paling membingungkan saat ini.

Berikut adalah 5 kejanggalan utama yang membuat penyelidikan ini mandek dan masih menjadi misteri.

1. Paradoks Mustahil: Kamar Terkunci dari Dalam

Ini adalah teka-teki paling fundamental yang melawan semua logika sederhana. Arya Daru ditemukan tewas dengan kondisi wajah tertutup rapat oleh lakban.

Namun, saat ditemukan pada 8 Juli 2025, pintu kamarnya terkunci rapat dari dalam.

"Kamar kos korban terkunci dari dalam," tegas Kapolsek Metro Menteng, Kompol Rezha Rahandi.

Baca Juga: Kasus Diplomat Arya Daru Tewas Dilakban Mandek 2 Pekan: Benarkah Pesan Ancaman?

Tidak ada tanda-tanda kerusakan, congkelan, atau masuk paksa. Fakta ini menciptakan paradoks klasik locked-room mystery.

Jika ini pembunuhan, bagaimana pelaku bisa keluar dan mengunci pintu dari dalam? Dan jika bunuh diri, bagaimana mungkin seseorang melakban wajahnya sendiri hingga tewas lalu mengunci pintu?

2. Kondisi Jasad yang Tidak Wajar untuk Bunuh Diri

Skenario bunuh diri semakin diragukan oleh para ahli.

Kematian akibat kehabisan napas (asfiksia) karena lakban adalah proses yang menyakitkan dan memakan waktu. Secara alami, tubuh akan melakukan perlawanan hebat.

"Kalau menggunakan lakban itu... proses menuju kematian akan berlangsung cukup lama, berarti ada gerakan-gerakan tertentu ketika dia sesak napas," jelas Kriminolog Universitas Indonesia, Haniva Hasna.

Namun, jasad Arya ditemukan dalam posisi yang relatif rapi: telentang di bawah selimut dengan kaki tertekuk.

Kondisi ini tidak menunjukkan adanya pergulatan hebat, sebuah kejanggalan yang menguatkan dugaan bahwa ada pihak ketiga yang terlibat dalam kematiannya.

3. Rekaman CCTV yang Penuh Tanda Tanya

Harapan untuk menemukan petunjuk beralih ke CCTV, namun rekaman yang beredar justru menambah misteri.

Terlihat Arya masuk ke kamarnya seorang diri pada malam kejadian. Namun, ahli digital forensik Abimanyu Wahyu Hidayat menyoroti keanehan yang serius.

"Lucunya, date time stamp itu harusnya ada di pojokan situ. Eh pas giliran di-zoom, ikut loh date time stamp-nya ke mana-mana. Mustahil!" ujar Abimanyu.

Kejanggalan ini membuka dua kemungkinan mengerikan: rekaman yang beredar di publik telah dimanipulasi untuk menghilangkan jejak, atau sistem CCTV di lokasi memiliki blind spot (titik buta) yang berhasil dimanfaatkan oleh pelaku.

4. Benang Merah TPPO: Motif Pembungkaman yang Mengerikan

Fakta paling eksplosif yang terungkap adalah latar belakang Arya Daru. Ia bukan diplomat biasa, melainkan seorang saksi kunci dalam kasus besar Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).

"Almarhum pernah menjadi saksi kasus TPPO," konfirmasi Direktur Perlindungan WNI Kemenlu, Judha Nugraha.

Latar belakang ini sontak mengarahkan spekulasi pada motif yang jauh lebih besar dari sekadar masalah personal.

Metode kematiannya—wajah dilakban—dianggap oleh aktivis HAM Bambang Widjojanto sebagai "simbol pembungkaman".

Ini adalah pesan ancaman yang jelas, tidak hanya untuk korban, tetapi juga untuk siapa pun yang mencoba mengungkap jaringan kejahatan tersebut.

5. Hasil Forensik yang Menjadi Kunci Bisu

Dua pekan berlalu, dan hasil akhir dari analisis forensik yang paling ditunggu-tunggu belum juga diumumkan. Kunci untuk memecahkan misteri ini ada di tangan para ahli.

Hasil Autopsi & Toksikologi: Untuk memastikan penyebab pasti kematian dan ada tidaknya zat asing di tubuh korban.

Analisis Digital Forensik: Pemeriksaan mendalam terhadap laptop dan ponsel korban untuk melacak komunikasi terakhir dan aktivitas mencurigakan.

Pemeriksaan Sidik Jari: Analisis sidik jari yang mungkin tertinggal di lakban atau barang bukti lainnya.

Kompleksitas dari berbagai analisis inilah yang diduga menjadi alasan mengapa polisi belum bisa menarik kesimpulan akhir.

Publik pun masih harus menunggu dengan napas tertahan, berharap keadilan bagi sang diplomat dapat segera ditegakkan.

Apa pendapat Anda?

Apakah ini pembunuhan yang direncanakan dengan sempurna, atau ada skenario lain yang belum terungkap?

Bagikan analisis Anda di kolom komentar.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI