Suara.com - Di balik gemuruhnya, sebuah karnaval sound horeg memiliki resep rahasia yang tak terlihat, yaitu pemilihan jenis musik yang tepat.
Tidak sembarang lagu bisa memicu getaran horeg yang ikonik. Ada karakteristik khusus yang menjadi kunci utama.
Jantung dari setiap musik horeg adalah dentuman frekuensi rendah atau bass yang dominan dan menggelegar.
Musik yang dipilih secara spesifik cenderung mengembangkan nada bass agar bisa dirasakan getarannya oleh penonton di sekitar.
Secara umum, genre musik yang paling sering diperdengarkan adalah musik elektronik yang diaransemen ulang.
Inspirasi awalnya banyak diambil dari suasana kelab malam di kota besar yang kemudian diadaptasi ke dalam selera hiburan rakyat.
Dangdut koplo dengan sentuhan remix modern menjadi salah satu pilar utama dalam playlist para operator sound system.
Lagu-lagu dangdut yang sudah populer diaransemen kembali dengan tambahan beat drop ekstrem dan hentakan bass yang lebih kuat.
Selain itu, musik-musik Electronic Dance Music (EDM) lokal juga memegang peranan penting dalam menciptakan suasana meriah.
Baca Juga: Dulu Andalan Shin Tae-yong, Eks Striker Timnas Indonesia Kini Punya Usaha Sound Horeg
Seiring berjalannya waktu, pengaruh platform media sosial seperti TikTok menjadi sangat signifikan dalam membentuk tren musik horeg.
Lagu-lagu yang sedang viral dan menjadi tren di TikTok seringkali dengan cepat diadopsi dan di-remix untuk keperluan karnaval.
Aransemen ini biasanya dikenal dengan istilah "DJ TikTok" atau "DJ Jedag Jedug", merujuk pada ritme yang menghentak dan cepat.
Karakteristik utamanya adalah adanya jeda atau "pause" sesaat sebelum bass yang sangat kuat dijatuhkan, menciptakan efek kejut yang disukai penonton.
Keunikan lain dari industri ini adalah banyaknya pemilik sound system yang memesan lagu secara khusus kepada para disjoki (DJ) lokal.
Lagu pesanan ini menjadi identitas atau "jingle" khas dari sebuah vendor sound system, membedakannya dari para pesaing saat "battle sound".