Suara.com - Di balik setiap dentuman bass yang mampu menggetarkan tanah dan merontokkan genteng, ada sebuah kisah perjuangan yang jarang terungkap dari sound horeg.
Edi Santoso, atau yang lebih dikenal sebagai Edi Horeg, bukanlah sosok yang lahir dengan kekayaan berlimpah.
Ia adalah bukti nyata bahwa dedikasi gila-gilaan dan keringat bisa mengubah nasib.
Sebelum namanya menjadi sinonim dengan "sound horeg" dan dijuluki "Thomas Alva Edi dari Malang", ia meniti jalan yang terjal.
Ini adalah empat fakta perjuangan luar biasa di balik sang raja sound system Indonesia.
1. Modal Awal dari Keringat Sebagai TKI di Malaysia
Kerajaan Brewog Audio tidak dibangun dari warisan atau pinjaman bank.
Fondasinya dibangun dari ringgit demi ringgit yang dikumpulkan Edi saat bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia.
Jauh dari kemewahan, ia hidup prihatin dan menabung dengan satu tujuan: membeli komponen sound system impiannya.
Baca Juga: 8 Fakta Edi Sound Horeg Viral: Dijuluki Thomas Alva Edisound, Pendapatan Miliaran Rupiah?
Setiap komponen yang ia beli adalah representasi dari ribuan jam kerja keras di negeri orang. Ini adalah modal paling murni: modal dari tekad dan pengorbanan.
2. Riset Gila: Begadang Seminggu Demi Bass Sempurna
Ini adalah cerita yang telah menjadi legenda di kalangan pecinta audio. Untuk menemukan karakter suara "horeg" yang menjadi ciri khasnya, Edi tidak mengikuti buku manual atau tutorial YouTube.
Ia melakukan riset ekstrem. Dikisahkan, ia rela tidak tidur selama seminggu penuh, hanya untuk berada di depan mixer dan crossover, menyetel frekuensi, dan mendengarkan setiap detail suara hingga menemukan formula bass yang mampu menggetarkan dada.
Pengorbanan kesehatan dan waktu tidur ini adalah harga yang ia bayar untuk sebuah inovasi.
3. Membangun dari Bawah, Ditolak dan Diremehkan