Suara.com - Sosok Dokter Hafid, seorang pria terpelajar yang memilih hidup di kolong jembatan wilayah Kadilangu, Demak, Jawa Tengah, akhirnya terungkap.
Bukan karena kemiskinan atau gangguan jiwa, keputusannya untuk meninggalkan kehidupan mapan selama sembilan tahun terakhir didasari oleh sebuah tragedi keluarga yang menghancurkan hatinya.
Kisah hidupnya yang luar biasa ini menjadi viral setelah diangkat oleh kanal YouTube Sinau Hurip.
Dalam wawancara tersebut, terkuak bahwa pria yang hidup dari belas kasihan warga ini adalah seorang dokter spesialis THT lulusan universitas ternama.
Lulusan UI dan Singapura
Di tengah gubuk bambunya, Dokter Hafid menceritakan latar belakang pendidikannya yang mentereng. Ia mengaku sebagai alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) yang melanjutkan spesialisasi di luar negeri.
"Alhamdulillah dulu, saya (kuliah) di kesehatan," akunya. Saat ditanya lebih lanjut, ia membenarkan profesinya. "Iya dokter. Saya di Singapura dulu," ujar Hafid.
Ia merinci jejak akademisnya yang cemerlang. "Enggak. Saya S1 di UI, di (kedokteran) umum. Kemudian saya kuliah lagi, saya nikah. Istri saya juga dokter orang Cianjur. Saya kuliah lagi ambil THT di Singapura," ungkapnya.
Bahkan, ia mengaku pernah menjadi salah satu mahasiswa tercepat di angkatannya.
Baca Juga: 9 Tahun Tinggal di Kolong Jembatan, Kisah Pilu Dokter Bertahan Hidup Berkat Kebaikan Masyarakat
"Saya dulu itu boleh dikatakan paling cerdas, saya kuliah dulu S1 saya ambil 1 tahun tujuh bulan. Saya masuk UI tahun 88. Istri teman kuliah, satu angkatan," kenangnya.
Tragedi yang Mengubah Segalanya
Di balik kecerdasan dan kesuksesannya, Dokter Hafiz menyimpan luka yang mendalam. Titik balik hidupnya terjadi saat ia kehilangan dua orang yang paling ia cintai secara bersamaan.
Ia memilih hidup seperti sekarang setelah istri dan anaknya meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan tragis.
Saat ditanya peristiwa apa yang membuatnya berubah drastis, jawabannya begitu menyayat hati.
"Istri meninggal. Habis itu anak kuliah mau wisuda, anak kuliah di Jerman waktu itu. Pulang ke Indonesia, belum sampai ke rumah, kecelakaan, meninggal. Dari situ saya frustasi gimana caranya," akui Hafid.