Namun, di sisi lain dari manuver politik yang tampak cemerlang ini, Anas membaca adanya potensi persoalan baru yang tak kalah pelik: awal keretakan hubungan antara Presiden Prabowo Subianto dengan pendahulunya, Presiden ke-7 RI Joko Widodo alias Jokowi.
Pemberian amnesti ini, secara tidak langsung, dapat diartikan sebagai tindakan Prabowo yang "mengoreksi" atau bahkan "menganulir" proses hukum yang terjadi di era pemerintahan Jokowi.
Keputusan ini seolah memvalidasi narasi yang selama ini dibangun oleh kubu Hasto bahwa kasusnya adalah bentuk persekusi politik.
"Narasi tahanan politik yang dibangun Hasto Kristiyanto itu sukses sehingga mendapat amnesti dari Presiden Prabowo Subianto," jelasnya.
Dengan memberikan "kemenangan" narasi ini kepada Hasto dan PDIP, Prabowo menempatkan dirinya sebagai figur yang berbeda dari Jokowi.
Ini adalah penegasan otoritas dan gaya kepemimpinan baru yang tidak lagi berada di bawah bayang-bayang presiden sebelumnya.
Bagi pengamat, langkah ini bisa menjadi penanda awal dari divergensi politik antara dua tokoh yang sebelumnya bersekutu erat, dinamika yang akan sangat menarik untuk diikuti dalam beberapa waktu ke depan.