7 Fakta Panas Pidato Megawati di Kongres PDIP: Sindir KPK, Kudatuli hingga 'Ancam' Bambang Pacul

Bangun Santoso Suara.Com
Minggu, 03 Agustus 2025 | 12:15 WIB
7 Fakta Panas Pidato Megawati di Kongres PDIP: Sindir KPK, Kudatuli hingga 'Ancam' Bambang Pacul
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri saat menyampaikan pengarahan dalam Bimbingan Teknis Anggota DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota Fraksi PDIP di The Meru & Bali Beach Convention Center, Denpasar, Bali, Rabu (30/7/2025). ( Foto dok. PDIP)

Suara.com - Pidato Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri di penutupan Kongres VI PDIP, Bali, Sabtu (2/8), bukan sekadar pidato seremonial. Di hadapan ribuan kadernya, Megawati melontarkan serangkaian pernyataan tajam yang menyentil berbagai isu nasional, mulai dari penegakan hukum, posisi politik partai, hingga evaluasi keras terhadap kadernya sendiri.

Berikut adalah fakta-fakta panas dari pidato politik Megawati Soekarnoputri di Kongres ke-VI PDIP:

1. Sindir KPK & 'Sentil' Presiden: 'Masa Urusan Gini Presiden Turun Tangan?'

Megawati tak bisa menyembunyikan kekecewaannya terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), lembaga yang ia dirikan. Terkait kasus yang menjerat Sekjen Hasto Kristiyanto hingga memerlukan amnesti dari Presiden Prabowo Subianto, Megawati melontarkan sindiran keras.

“Saya maaf ya kalo saya liat KPK sekarang sedihnya bukan main. Saya lah yang membuat namanya Komisi Pemberantasan Korupsi. Coba kalo sekarang modelnya kayak begini lalu bagaimana? Coba saja pikir, kan aneh,” kata Megawati.

Ia pun mempertanyakan mengapa kasus sekelas itu harus menyita perhatian seorang presiden.

"Masa urusan begini saja presiden harus turun tangan? Coba pikirkan. Saya pernah jadi presiden, jadi saya tau liku-likunya. Kan lucu ya? Kenapa sih kok KPK jadi begitu?," tanyanya.

2. Belum Move On dari Kudatuli: Sampai Hari Ini Saya Berpikir Hukum Itu Ada di Mana?

Luka lama Peristiwa 27 Juli 1996 (Kudatuli) kembali diungkit. Setelah hampir tiga dekade, Megawati menegaskan bahwa keadilan untuk partainya belum juga tegak. Ia masih mempertanyakan nasib para korban yang hilang dalam peristiwa kelam tersebut.

Baca Juga: Pecah Tangis Megawati di Kongres PDIP: Peluk Hasto yang Dibebaskan Prabowo, Langsung 'Tampar' KPK

“Sampai hari ini saya berpikir hukum itu ada di mana? Karena ketika di pengadilan saya selalu mengatakan bahwa saya hanya ingin jawaban dari pertanyaan saya, partai saya, pada waktu itu belum PDI Perjuangan (masih) PDI, itu sah,” kata Megawati.
"Sampai hari ini kalau saya bertanya buat keadilan masih ada 3 orang yang pada waktu itu dinyatakan hilang dan sampai hari ini kalau saya bertanya, bertanya, selalu dinyatakan belum bisa diketahui,” lanjutnya.

3. Ultimatum 'Kandang Banteng': Awas, Lho, Jangan Memalukan Saya Lagi!

Salah satu momen paling panas adalah ketika Megawati menyinggung hasil Pemilu di Jawa Tengah, yang dikenal sebagai 'Kandang Banteng'. Sambil mencari Ketua DPD PDIP Jateng, Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul, di antara kerumunan, Megawati memberikan ultimatum keras terkait kekalahan di Pilpres 2024.

"Tiga kali berturut menang terus. Jawa Tengah. Itu mana Jawa Tengah? Oh, di belakang," kata Megawati. "Awas, lho, jangan memalukan saya lagi, lho. Ah, enggak usah teriak-teriak. Yang penting kerjaan. Itu adalah arahan saya," tegasnya dengan nada tinggi.

4. Tolak Istilah Oposisi: 'Demokrasi Kita Bukan Demokrasi Blok-blok-an Kekuasaan'

Megawati kembali menegaskan posisi politik PDIP. Ia menolak istilah oposisi maupun koalisi dalam sistem presidensial yang dianut Indonesia. Menurutnya, PDIP adalah partai penyeimbang yang berdiri di atas konstitusi.

"Dalam ruang demokrasi kita, ini saya ulangi untuk diingat, dalam sistem presidensial seperti yang kita anut tidak, tidak, tidak dikenal istilah oposisi dan koalisi. Demokrasi kita bukan demokrasi blok-blok-an kekuasaan, melainkan demokrasi yang bertumpu pada kedaulatan rakyat dan konstitusi itu paling tinggi, lho, jangan kalian ubah-ubah," kata Megawati.

5. Jati Diri Partai: 'Tidak Gentar Menerjang Badai, Aduh Masak Gitu Aja Takut'

Untuk membakar semangat kader, Megawati menceritakan sebuah kisah heroik saat kadernya di Maluku berani menembus ombak besar untuk mengantar bantuan beras ke sebuah pulau terisolir. Baginya, itulah cerminan sejati dari karakter PDIP.

"Apa artinya? itulah PDI Perjuangan. Tidak gentar menerjang badai, gelombang. Aduh masak gitu aja takut," seru Megawati dengan bangga.

6. Peringatan Geopolitik Global: 'Bisa Dampaknya Lari ke Mana-mana'

Tak hanya isu domestik, Megawati juga menyoroti kondisi dunia yang tak menentu. Ia mengingatkan bahwa ketegangan geopolitik global bisa berdampak langsung ke Indonesia.

“Ketegangan geopolitik yang tak menentu dan mengancam stabilitas global bisa dampaknya lari ke mana-mana dan bisa saja ke Indonesia,” katanya, menyinggung soal menguatnya unilateralisme dan proteksionisme negara-negara kuat.

7. Amanah Mendiang Paus Fransiskus yang Tertunda

Di antara pidato politiknya, Megawati berbagi sebuah cerita personal tentang amanah yang ia terima dari mendiang Paus Fransiskus saat kunjungan terakhirnya ke Vatikan.

"Paus Fransiskus sebetulnya memberikan saya sebuah amanah untuk membangun sebuah sekolah bagi anak-anak cacat, bagi anak-anak miskin," ungkapnya. Namun, ia mengaku rencana mulia itu belum bisa terwujud karena masih menunggu perizinan dari Paus yang baru.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI