Trubus: Hasto Jadi Beban, PDIP Ambil Jalan Aman

Denada S Putri Suara.Com
Minggu, 03 Agustus 2025 | 19:05 WIB
Trubus: Hasto Jadi Beban, PDIP Ambil Jalan Aman
Terdakwa kasus dugaan suap Pergantian Antarwaktu (PAW) untuk anggota DPR Harun Masiku dan perintangan penyidikan, Hasto Kristiyanto meninggalkan Rutan Kelas I Jakarta Timur Cabang Rutan KPK, Jakarta, Jumat (1/8/2025). [ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/bar]

Suara.com - Kongres ke-6 PDI Perjuangan (PDIP) resmi ditutup di Bali.

Selain menegaskan arah politik partai ke depan, forum tertinggi PDIP itu juga melahirkan susunan pengurus baru.

Salah satu sorotan utama datang dari absennya nama Hasto Kristiyanto sebagai Sekretaris Jenderal.

Posisi vital itu kini dipegang langsung oleh Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.

Pengamat politik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah, menilai langkah tersebut tepat dan penuh pertimbangan strategis.

Ia melihat keputusan PDIP mencopot Hasto dari jabatan Sekjen sebagai upaya menyelamatkan partai dari potensi krisis legitimasi setelah Hasto menerima amnesti dari Presiden Prabowo Subianto.

Hal itu ia sampaikan dalam keterangan tertulisnya, Minggu, 3 Agustus 2025.

"PDIP sudah seharusnya melepas Hasto. Dan PDIP berpotensi akan tersandera," kata Trubus.

Menurut Trubus, mempertahankan Hasto sebagai Sekjen setelah kasus hukumnya bisa menjadi bumerang politik bagi PDIP.

Baca Juga: Pukulan Telak untuk Jokowi? Ini Makna Amnesti Hasto dan Abolisi Tom

Meskipun telah menerima amnesti, status hukum Hasto tetap menyisakan problem etis dan citra.

Ia menegaskan bahwa amnesti hanya memberikan pengampunan dari hukuman, bukan menghapus status hukum atau perbuatan pidananya.

Trubus merujuk pada pernyataan Wakil Ketua KPK Johanis Tanak, yang menyatakan bahwa amnesti terhadap Hasto tidak otomatis menghapus fakta hukum yang pernah diputuskan pengadilan.

"Amnesti tidak menggugurkan pidana. Jadi menurut saya sudah layak diganti (Hasto), karena menjadi beban," ucap Trubus.

Trubus menilai, jika PDIP tetap mempertahankan Hasto, partai akan menghadapi tekanan publik dan krisis kepercayaan.

Apalagi di tengah suasana pascarekonsiliasi dan peralihan kekuasaan nasional.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI