Ekonomi Tumbuh, Rakyat Merana? Istana Akui 'Rojali' dan 'Rohana' Jadi Cambuk Keras!

Selasa, 05 Agustus 2025 | 21:06 WIB
Ekonomi Tumbuh, Rakyat Merana? Istana Akui 'Rojali' dan 'Rohana' Jadi Cambuk Keras!
Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi. [Suara.com/Bagaskara]

Suara.com - Di tengah ekonomi Indonesia yang tumbuh 5,12 persen, Istana Kepresidenan justru 'tertampar' oleh realitas pahit di masyarakat. Fenomena viral Rojali"(Rombongan Jarang Beli) dan Rohana (Rombongan Hanya Nanya) dinilai sebagai cerminan daya beli yang masih lemah.

Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi mengatakan, fenomena ini bukanlah lelucon, melainkan sebuah cambuk keras bagi pemerintah untuk bekerja lebih giat.

Prasetyo Hadi mengaku tidak gembira dengan munculnya istilah-istilah tersebut yang dijadikan bahan candaan. Menurutnya, ini adalah pengingat serius bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

"Saya sih terus terang tidak terlalu gembira dengan istilah itu. Menurut pendapat saya, istilah itu jangan dijadikan sebagai sebuah joke atau lelucon," kata Prasetyo di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (5/8/2025).

Ia memandang kemunculan fenomena Rojali dan Rohana sebagai lecutan agar pemerintah tidak terlena dengan angka-angka pertumbuhan makro.

"Itu adalah sebuah lecutan bagi kita bahwa memang masih banyak yang harus kita perjuangkan, masih banyak yang harus kita benahi," tegas Prasetyo.

"Bagi kami pemerintah, fenomena itu menjadi semacam pengingat."

Anomali Pertumbuhan Ekonomi: Angka Melesat, Daya Beli Lesu

Pernyataan Prasetyo ini menanggapi anomali yang terjadi; ekonomi tumbuh impresif, tapi daya beli di level bawah lesu. Ia menjelaskan bahwa angka pertumbuhan ekonomi dihitung secara menyeluruh dan tidak selalu mencerminkan kondisi setiap lapisan masyarakat.

Baca Juga: Presiden Prabowo Respons Fenomena Bendera One Piece: It's Okay, Asal....

"Tergantung dari sudut pandang mana ya. Kan kalau sebuah perhitungan tingkat pertumbuhan sebagai sebuah negara, itu kan secara menyeluruh," jelasnya.

Menurutnya, pemerintah sadar bahwa masih ada kelompok masyarakat miskin yang belum ikut merasakan manisnya pertumbuhan ekonomi.

"Bahwa masih ada kita mendapati saudara-saudara kita yang masih secara ekonomi berada di Desil 1 maupun Desil 2 yang secara ukuran istilah itu berada di garis miskin ekstrem," kata Prasetyo.

Lebih jauh, Prasetyo mengaitkan fenomena ini dengan arahan Presiden Prabowo Subianto untuk terus memberantas kebocoran anggaran di segala sektor. Menurutnya, dengan mengurangi kebocoran, kue pertumbuhan ekonomi bisa lebih optimal dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

"Kita masih harus bekerja terus itu mendorong pertumbuhan ekonomi kita lebih optimal lagi, mendorong investasi kita lebih optimal lagi, mengurangi kebocoran-kebocoran sebagaimana yang bapak presiden sering sampaikan, di segala sektor, di segala lini, di segala lapisan," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI