Dengan bobot total sekitar 2.500 kilogram dan diameter 610 milimeter, rudal ini membawa hulu ledak fragmentasi seberat 470 kilogram.
Kekuatan destruktif sebesar ini dirancang untuk melumpuhkan infrastruktur strategis musuh seperti pusat komando, fasilitas logistik, pangkalan udara, sistem radar, atau bunker pertahanan.
Posisi Strategis dan Implikasi Regional
Penempatan sistem rudal KHAN di Tenggarong, Kalimantan Timur, atau perbatasan RI-Malaysia bukanlah sebuah kebetulan.
Keputusan ini merupakan langkah strategis yang telah diperhitungkan dengan cermat.
Dari lokasinya di Yonarmed 18, jarak ke wilayah Malaysia Timur seperti Tawau di Sabah hanya berkisar antara 300 hingga 350 kilometer.
Dengan jangkauan efektif KHAN sejauh 280 kilometer, hampir seluruh wilayah strategis di perbatasan dapat berada dalam payung perlindungan sekaligus jangkauan serang TNI.
Ini mengirimkan sinyal pencegahan (deterrence) yang sangat jelas terhadap potensi ancaman lintas batas.
Menurut analisis Defence Security Asia, kehadiran KHAN menandai perubahan paradigma pertahanan Indonesia dari postur defensif tradisional menjadi strategi yang lebih proaktif dan memiliki kemampuan ofensif terbatas.
Baca Juga: Pandji Pragiwaksono Mendadak Puji Kebijakan Presiden Prabowo, Netizen: Bismillah CEO BUMN
Akuisisi ini diperkirakan akan memicu perlombaan modernisasi di kawasan, di mana negara tetangga seperti Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Thailand kemungkinan akan merasa perlu untuk meningkatkan kapabilitas rudal mereka agar tidak tertinggal.
Langkah modernisasi ini sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto, yang saat menjabat sebagai Menteri Pertahanan pada 2022, aktif mendorong kerja sama strategis dengan Turki.
Prabowo berharap kolaborasi ini, baik melalui skema Government to Government (G to G) maupun Business to Business (B to B), tidak hanya memperkuat alutsista TNI tetapi juga meningkatkan kapasitas industri pertahanan dalam negeri untuk merespons dinamika keamanan global yang semakin tidak dapat diprediksi.