Ratusan Guru dan Siswa Hengkang, Benarkah Program Sekolah Rakyat Tetap Berjalan Sesuai Rencana?

Bangun Santoso Suara.Com
Minggu, 10 Agustus 2025 | 16:10 WIB
Ratusan Guru dan Siswa Hengkang, Benarkah Program Sekolah Rakyat Tetap Berjalan Sesuai Rencana?
Pelajar mengikuti tes kebugaran saat hari pertama sekolah di Sekolah Rakyat jenjang SMA di Sonosewu, Kasihan, Bantul, DI. Yogyakarta, Senin (14/7/2025). [ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/rwa]

Suara.com - Menteri Sosial Syaifullah Yusuf memastikan program Sekolah Rakyat tetap berjalan sesuai jalurnya di tengah kabar mundurnya sejumlah guru dan siswa dari kegiatan belajar-mengajar. Program yang kini telah beroperasi di 70 titik ini dirancang untuk menjangkau anak-anak dari kelompok rentan.

Syaifullah menyatakan pihaknya menghormati keputusan mundur para pengajar maupun peserta didik, namun menegaskan hal tersebut tidak menjadi penghalang berarti bagi jalannya program pendidikan berbasis inklusi dan pemetaan bakat ini.

"Mereka yang mundur tidak lantas membuat proses berhenti. Alhamdulillah kegiatan belajar-mengajar tetap berlangsung di titik-titik yang sudah beroperasi," kata Syaifullah usai meninjau kegiatan Sekolah Rakyat di SRMP 9 Bandung, Kompleks Wyataguna, Bandung, Sabtu (9/8/2025) malam.

Berdasarkan data yang diterima, terdapat 143 guru yang mengundurkan diri, atau sekitar 9,7 persen dari total guru yang telah lolos seleksi. Mereka memilih mundur sebelum menjalani proses penempatan.

Sementara itu, dari kalangan siswa, sekitar 1,4 persen memutuskan untuk menarik diri. Sebagian di antaranya dilaporkan telah kembali bergabung setelah dilakukan pendekatan oleh pihak penyelenggara.

"Adapun dari kalangan siswa, sekitar 1,4 persen menarik diri, dengan sebagian di antaranya telah kembali bergabung setelah dilakukan pendekatan. Kami tidak memaksa. Itu pilihan, dan kami hormati. Tapi kami juga siapkan pengganti," ujarnya sebagaimana dilansir Antara.

Sekolah Rakyat sendiri dirancang tanpa tes akademik. Sebagai gantinya, program ini menggunakan metode pemetaan bakat atau talent mapping sebagai dasar utama dalam proses pembelajaran. Pemerintah menargetkan program ini dapat beroperasi di 159 titik di seluruh Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, hingga akhir tahun 2025.

"InsyaAllah pada 15 Agustus nanti akan mencapai 100 titik kalau nanti sarprasnya sudah siap, dan menyusul 59 titik tambahan pada September," katanya.

Syaifullah menegaskan bahwa Sekolah Rakyat bukanlah sekolah formal konvensional, melainkan sebuah wadah pembinaan yang berfokus pada potensi unik setiap anak. Ia meminta masyarakat untuk tidak membandingkan sistemnya dengan sekolah umum yang menerapkan standar akademik tinggi.

Baca Juga: Bukan Mimpi Lagi, 15.000 Laptop Siap Meluncur ke Tangan Siswa Sekolah Rakyat

"Jadi saya mengajak teman-teman tidak berpikir ini sama seperti sekolah-sekolah umum ya. Karena ini tidak ada tes akademik, yang ada adalah talent mapping melihat kemampuan anak sebagai pedoman para guru untuk membimbing siswa-siswa di sekolah rakyat. Dan kita juga masa matrikulasinya itu lebih lama daripada sekolah umum," ucap Syaifullah.

Program Sekolah Rakyat merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk menjangkau anak-anak dari kelompok rentan hingga miskin ekstrem yang tidak terserap oleh sistem pendidikan formal, dengan tujuan utama untuk memutus mata rantai kemiskinan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI