Vaksin mRNA Dituding Picu Kanker, Peneliti BRIN: Informasi Tak Berdasar!

Dwi Bowo Raharjo Suara.Com
Selasa, 12 Agustus 2025 | 13:32 WIB
Vaksin mRNA Dituding Picu Kanker, Peneliti BRIN: Informasi Tak Berdasar!
Ilustrasi Vaksin mRNA. (Antara/ist)

Suara.com - Masyarakat dihebohkan dengan beredarnya vaksin berbasis Messenger Ribonucleic Acid (mRNA) yang dapat memicu kanker.

Menanggapi hal ini, Peneliti Pusat Riset Biomedis Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dr. Khariri, dengan tegas membantah tudingan tersebut dan menyebutnya tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat.

"Kalau kita boleh menjawab klaim bahwa vaksin mRNA tersebut menyebabkan kanker atau antiprotein penekanan tumor, ini bisa kita sebut sebagai informasi yang tidak berdasar atau tidak berbasis dari bukti ilmiah," tegasnya dalam sebuah diskusi ilmiah di Jakarta, Selasa (12/8/2025).

Dr. Khariri memaparkan bahwa cara kerja vaksin mRNA jauh dari proses yang dapat memicu kanker. Vaksin ini, lanjutnya, hanya bertugas membawa instruksi sementara kepada sel untuk memproduksi protein tertentu, seperti protein spike pada virus SARS-CoV-2.

Proses ini berlangsung di sitoplasma sel dan sama sekali tidak menyentuh inti sel, tempat di mana DNA atau materi genetik manusia berada.

"Instruksi ini tidak masuk ke dalam inti sel di mana tempat DNA berada. Dan proses ini tidak mengubah DNA," jelas Khariri.

Lebih jauh, ia menekankan bahwa secara biologis, mRNA dari vaksin tidak dapat menyisip atau bergabung dengan DNA manusia. Hal ini karena tubuh manusia tidak memiliki enzim reverse transcriptase yang diperlukan untuk proses tersebut. Dengan demikian, tidak ada mekanisme apa pun dalam vaksin mRNA yang memungkinkan integrasi ke dalam genom manusia.

Platform mRNA sendiri, menurutnya, telah terbukti aman melalui berbagai data ilmiah dan telah digunakan secara luas dalam pengembangan vaksin modern.

Menanggapi asal-usul hoaks ini, Khariri menyoroti betapa mudahnya informasi menyesatkan menyebar di era media sosial.

Baca Juga: 1 Agustus 2025 Memperingati Hari Apa? dari Girlfriend Day hingga Childfree

Berbagai klaim tidak berdasar, termasuk narasi bahwa perusahaan farmasi mengakui vaksin buatannya menyebabkan kanker, telah beredar dan dibantah oleh para ahli sebagai hoaks.

Untuk membendung gelombang disinformasi, Khariri menekankan pentingnya edukasi publik yang masif dan berkelanjutan. Menurutnya, informasi tandingan harus disajikan dalam bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh berbagai lapisan masyarakat.

"Gunakan istilah-istilah yang setidaknya bisa diterima masyarakat dengan baik tanpa bermakna ganda," pesannya.

Ia juga mengajak para peneliti, akademisi, dan tenaga kesehatan untuk selalu berpegang pada bukti dan data ilmiah saat memberikan klarifikasi kepada publik. Langkah ini krusial untuk membangun kembali kepercayaan dan menepis keraguan yang ditimbulkan oleh hoaks.

"Tekankan sebagai bukti, fokus pada bukti dan data ilmiahnya bahwa informasi tersebut memang tidak sesuai dengan data atau faktualnya," pungkas Khariri.

Upaya melawan hoaks kesehatan memang menjadi tantangan besar di era digital.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI