Vaksin mRNA Sebabkan Kanker? Peneliti BRIN Buka Suara dan Ungkap Fakta Sebenarnya!

Muhammad Yunus Suara.Com
Selasa, 12 Agustus 2025 | 13:29 WIB
Vaksin mRNA Sebabkan Kanker? Peneliti BRIN Buka Suara dan Ungkap Fakta Sebenarnya!
Ilustrasi- Vaksin COVID-19 [Suara.com/ANTARA]

Suara.com - Peneliti Pusat Riset Biomedis Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dr Khariri menegaskan.

Bahwa klaim vaksin berbasis Messenger Ribonucleat Acid (mRNA) dapat menyebabkan kanker tidak memiliki dasar ilmiah.

"Kalau kita boleh menjawab klaim bahwa vaksin mRNA tersebut menyebabkan kanker atau antiprotein penekanan tumor, ini bisa kita sebut sebagai informasi yang tidak berdasar atau tidak berbasis dari bukti ilmiah," katanya dalam diskusi ilmiah mengenai vaksin dan COVID-19 di Jakarta, Selasa 12 Agustus 2025.

Khariri menjelaskan messenger RNA bekerja hanya untuk membawa instruksi membuat protein sementara.

Seperti protein spike pada SARS-CoV-2, dan proses ini terjadi di sitoplasma sel.

"Instruksi ini tidak masuk ke dalam inti sel di mana tempat DNA berada. Dan proses ini tidak mengubah DNA," jelasnya.

Lebih lanjut, Khariri menekankan bahwa mRNA tidak dapat menyisip ke DNA manusia tanpa bantuan enzim reverse transcriptase, yang tidak dimiliki tubuh manusia.

Ia juga menyebutkan bahwa tidak ada mekanisme dalam vaksin mRNA yang memungkinkan integrasi ke DNA manusia.

Platform mRNA, kata dia, telah terbukti aman berdasarkan data ilmiah dan telah digunakan secara luas dalam pengembangan vaksin modern.

Baca Juga: Viral Video Vidi Aldiano Diduga Menahan Sakit, Langsung Senyum Lihat Kamera

Mengenai asal-usul hoaks ini, Khariri menjelaskan bahwa penyebaran informasi menyesatkan sangat mudah terjadi di era media sosial.

Untuk melawan hoaks, ia menilai edukasi publik menjadi kunci, di mana informasi harus disampaikan dengan bahasa yang sederhana, sesuai tingkat pendidikan dan pemahaman masyarakat.

"Gunakan istilah-istilah yang setidaknya bisa diterima masyarakat dengan baik tanpa bermakna ganda," ujarnya.

Ia juga mengingatkan agar peneliti, akademisi, dan tenaga kesehatan selalu fokus pada bukti ilmiah ketika mengklarifikasi hoaks.

"Tekankan sebagai bukti, fokus pada bukti dan data ilmiahnya bahwa informasi tersebut memang tidak sesuai dengan data atau faktualnya," tutur Khariri.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI