Sejarah Hari Pramuka 14 Agustus: Bukan Sekadar Seremonial, Ini Akar Pemersatu Bangsa

Rabu, 13 Agustus 2025 | 12:08 WIB
Sejarah Hari Pramuka 14 Agustus: Bukan Sekadar Seremonial, Ini Akar Pemersatu Bangsa
Ilustrasi sejarah hari pramuka (Unsplash)

Suara.com - Setiap tanggal 14 Agustus, jutaan anak muda di seluruh Indonesia mengenakan seragam cokelat khas untuk merayakan Hari Pramuka.

Tanggal ini bukan dipilih secara acak, melainkan merupakan puncak dari sebuah perjalanan panjang yang menyatukan puluhan organisasi kepanduan menjadi satu kekuatan tunggal di bawah panji Gerakan Pramuka.

Dilansir dari berbagai sumber, kisah kepanduan ini berawal jauh dari Indonesia. Pada tahun 1907, seorang Letnan Jenderal militer Inggris bernama Robert Baden-Powell mengadakan sebuah perkemahan di Pulau Brownsea, Inggris.

Pengalaman dari perkemahan yang diikuti 21 pemuda itu menjadi dasar buku legendaris "Scouting for Boy" yang ia tulis. Buku inilah yang menjadi cikal bakal gerakan kepanduan (scouting) yang menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Gerakan ini pertama kali masuk ke Tanah Air pada 1912 melalui organisasi kepanduan milik Belanda, NPO (Netherlandesche Padvinders Organisatie).

Tak mau ketinggalan, pada tahun 1916, Mangkunegara VII di Surakarta memprakarsai berdirinya organisasi kepanduan pribumi pertama bernama Javaansche Padvinders Organisatie (JPO).

Sejak itu, semangat kepanduan menjamur, diadaptasi oleh berbagai organisasi pergerakan nasional seperti Muhammadiyah dengan Hizbul Wathan dan Sarekat Islam dengan Syarikat Islam Afdeling Pandu (SIAP).

Namun, banyaknya organisasi ini justru menimbulkan perpecahan. Menyadari hal tersebut, Presiden Soekarno berinisiatif menyatukan seluruh gerakan kepanduan.

Ilustrasi Hari Pramuka (freepik.com/freepik)
Ilustrasi Hari Pramuka (freepik.com/freepik)

Gagasan ini disambut baik oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX, yang saat itu dikenal sebagai Pandu Agung (pemimpin kepanduan).

Baca Juga: Dokter Tifa Sebut Telah Ada Pengakuan Tukang Pembuat Ijazah Jokowi di Pasar Pramuka

Puncak dari upaya penyatuan ini terjadi pada tahun 1961 melalui serangkaian peristiwa penting.

Pada 9 Maret 1961, di Istana Negara, Presiden Soekarno mengumpulkan para tokoh pandu dan membentuk Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka yang diketuai oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai Hari Tunas Gerakan Pramuka.

Selanjutnya, pada 20 Mei 1961, bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional, Presiden Soekarno menandatangani Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 238 Tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka.

Keppres ini menetapkan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang diizinkan di Indonesia. Momen ini diperingati sebagai Hari Permulaan Tahun Kerja.

Ikrar kesetiaan dari berbagai organisasi kepanduan untuk melebur menjadi Gerakan Pramuka diucapkan pada 30 Juli 1961 di Istana Olahraga Senayan, yang kemudian dicatat sebagai Hari Ikrar Gerakan Pramuka. 

Lalu, mengapa 14 Agustus yang menjadi hari peringatannya? Jawabannya terletak pada peristiwa puncak yang terjadi pada tanggal tersebut.

"Pelantikan Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari di Istana Negara, serta penganugerahan Panji-Panji Gerakan Pramuka pada tanggal 14 Agustus 1961."

Pada hari itulah Gerakan Pramuka secara resmi diperkenalkan kepada seluruh rakyat Indonesia.

Dalam sebuah upacara khidmat di halaman Istana Negara, Presiden Soekarno menganugerahkan Panji Gerakan Pramuka kepada Ketua Kwartir Nasional pertama, Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Penganugerahan panji ini disahkan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 448 Tahun 1961.

Sejak saat itulah, tanggal 14 Agustus ditetapkan sebagai Hari Pramuka, merayakan momen lahirnya sebuah gerakan pemersatu generasi muda Indonesia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI