"Saya enggak bawa-bawa senjata, saya enggak mencelakai orang. Hanya bertanya, mencari informasi untuk memberikannya kepada masyarakat," ujar Dyas saat dihubungi Suara.com.
Ruang Aman yang Dirindukan Jurnalis Perempuan
Ironi kemerdekaan juga dirasakan mendalam oleh Dian, seorang jurnalis perempuan yang mendambakan ruang kerja yang aman.
Sebuah peristiwa pelecehan seksual pada 14 Februari 2023 masih membekas lekat dalam ingatannya.
Saat itu, ia sedang meliput agenda Partai Ummat di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta Timur.
Saat berada di tengah kerumunan yang berdesakan untuk mewawancarai Anies Baswedan, sebuah tangan sengaja menyentuh dan mencubit bagian belakang tubuhnya.
Dian terkejut dan refleks berbalik, namun situasi yang ricuh membuatnya tak bisa mengidentifikasi pelaku.
Namun yang lebih mengecewakan adalah respons dari pihak Partai Ummat.
Meski sempat meminta maaf, belakangan muncul pernyataan yang seolah memojokkan dan menantangnya.
Baca Juga: Refleksi Kemerdekaan Megawati: Bukan Hadiah, Tapi Hasil Cucuran Darah dan Air Mata
Ini bukan kali pertama. Dian juga pernah mengalami pelecehan verbal dari sesama jurnalis pria.
Ia tak tinggal diam dan melaporkannya, yang berujung pada pemecatan pelaku.
Dua kejadian ini menggarisbawahi betapa ruang aman bagi jurnalis perempuan masih jauh dari kenyataan.
Ironisnya, pelaku terkadang berasal dari lingkungan profesi yang sama, yang seharusnya memiliki sensitivitas lebih tinggi.
"Mungkin banyak juga jurnalis perempuan yang mengalami hal yang sama dengan saya. Tapi mungkin banyak tidak berani bersuara, karena masih ada stigma, dan kekhawatiran lainnya," ujar Dian.
Kekhawatiran Dian diperkuat oleh data. Survei Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia pada September-Oktober 2022 menemukan fakta mengejutkan.