Kemana Perginya Bupati Pati Sudewo Pasca Demo?

Rifan Aditya Suara.Com
Kamis, 21 Agustus 2025 | 10:11 WIB
Kemana Perginya Bupati Pati Sudewo Pasca Demo?
Bupati Pati Sudewo saat mencoba berdialog dengan massa aksi demo 13 Agustus 2025 (ig/patihits)

Suara.com - Politik lokal Kabupaten Pati baru saja menyajikan sebuah drama yang penuh intrik. Pasca demo besar di Pati 13 Agustus 2025, keberadaan Bupati Sudewo dicari-cari.

Diawali gelombang demonstrasi masif yang menuntut pemakzulan, Bupati Pati Sudewo tiba-tiba "menghilang" dari panggung publik, menciptakan kekosongan kepemimpinan yang memicu spekulasi luas.

Namun, setelah sepekan raib, ia kembali dengan sebuah manuver mengejutkan: berdamai dengan salah satu pentolan demo.

Kemana perginya Bupati Pati Sudewo? Apakah ini sebuah langkah mundur karena tekanan massa, atau justru sebuah strategi politik cerdas untuk mematahkan perlawanan?

Gelombang Protes yang Mengguncang Pendopo Pati

Massa yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Pati Bersatu berunjuk rasa di depan Kantor Bupati Pati, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Rabu (13/8/2025). Mereka menuntut Bupati Pati Sudewo agar mundur dari jabatannya karena dinilai arogan dan sejumlah kebijakannya tidak pro ke masyarakat. [ANTARA FOTO/Aji Styawan].
Massa yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Pati Bersatu berunjuk rasa di depan Kantor Bupati Pati, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Rabu (13/8/2025). Mereka menuntut Bupati Pati Sudewo agar mundur dari jabatannya karena dinilai arogan dan sejumlah kebijakannya tidak pro ke masyarakat. [ANTARA FOTO/Aji Styawan].

Kemarahan publik di Pati tidak terjadi dalam semalam. Pemicu utamanya adalah kebijakan Bupati Sudewo yang menaikkan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) hingga 250 persen.

Kebijakan ini, ditambah dengan perubahan ketentuan hari sekolah hingga pemecatan tenaga honorer rumah sakit yang dianggap tidak berpihak pada rakyat hingga menyulut api protes.

Meskipun Sudewo dengan cepat membatalkan kedua kebijakan kontroversial tersebut, amarah warga sudah terlanjur memuncak.

Cara komunikasi publik Sudewo yang terkesan arogan jadi pemantik utamanya.

"Silahkan lakukan, jangan hanya 5.000 orang, 50.000 orang suruh kerahkan, saya tidak akan gentar, saya tidak akan mengubah keputusan, tetap maju," kata Sudewo 6 Agustus 2025 sebelum demo besar di Pati.

Baca Juga: Isu Damai Ditepis, Korlap Aliansi: Hilang Satu Tumbuh Seribu! Pelengseran Bupati Pati Jalan Terus

Tuntutan pun bergeser dari sekadar penolakan kebijakan menjadi seruan pemakzulan.

Demonstrasi besar-besaran pada 13 Agustus 2025 menjadi klimaksnya, di mana ratusan ribu warga turun ke jalan menuntut Sudewo mundur dari jabatannya.

Tidak berhenti di situ, Aliansi Masyarakat Pati Bersatu bahkan berencana membawa perjuangan mereka ke Jakarta.

Mereka akan menggelar aksi di depan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mendesak agar Sudewo ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi di Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA).

Bupati Pati Sakit atau Menghilang?

Setelah demonstrasi besar yang berujung ricuh, sosok Bupati Sudewo mendadak lenyap dari hadapan publik. Ia tercatat absen dalam sejumlah agenda penting.

1. Dua Rapat Paripurna DPRD

Sudewo tidak menghadiri dua rapat paripurna penting, termasuk yang membahas Raperda Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

2. Upacara HUT ke-80 RI

Puncaknya, ia tidak menjadi inspektur upacara pada peringatan Hari Kemerdekaan.

Posisinya digantikan oleh Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin, dengan alasan resmi bahwa Sudewo sedang sakit.

Alasan "sakit" ini menimbulkan tanda tanya, terutama ketika Pj Sekretaris Daerah (Sekda) Pati, Riyoso, di lain kesempatan menyebut Sudewo sedang berada di luar kota untuk menghadiri acara Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi).

Ketidakhadiran yang misterius ini memicu reaksi publik. Warga menggelar aksi simbolik "Festival 1000 Lilin" di Alun-Alun Pati sebagai peringatan tujuh hari Bupati meninggalkan Pendapa.

Kekosongan kepemimpinan ini menciptakan kevakuman dan menguatkan spekulasi bahwa Sudewo sedang berada di bawah tekanan hebat.

Manuver Sudewo

Di tengah absennya Sudewo, DPRD Pati merespons tuntutan publik dengan membentuk Panitia Khusus (Pansus) Hak Angket.

Pansus ini dibentuk untuk menyelidiki 12 poin kebijakan Sudewo yang dianggap bermasalah, mulai dari infrastruktur, pengelolaan dana desa, hingga kebijakan pajak daerah.

Namun, di balik layar, muncul dugaan adanya upaya untuk melemahkan gerakan massa.

Koordinator Hukum Aliansi Masyarakat Pati Bersatu, Nimerodi Gulo, menuding bahwa pihak Bupati Sudewo berusaha "menggembosi" kekuatan aliansi rakyat.

"Pihak Bupati dan kawan-kawan berusaha untuk menggembosi aliansi ini dengan cara memanggil satu-satu orang yang tampil di media dan kemudian berusaha untuk merangkul," ucap Nimerodi.

Upaya ini seolah menjadi sinyal bahwa pertarungan politik tidak hanya terjadi di jalanan, tetapi juga melalui lobi-lobi senyap.

Damai di Balik Layar dengan Pentolan Demo

Setelah sepekan menghilang, Sudewo kembali dengan langkah tak terduga.

Sebuah foto beredar menunjukkan dirinya berpose akrab dengan Ahmad Husain Hafid, salah satu pentolan demo yang paling vokal dan inisiator rencana demo jilid kedua.

Sesaat setelah foto itu muncul, Husain mengumumkan pembatalan demo lanjutan yang rencananya digelar pada 25 Agustus 2025 nanti.

Alasannya, ia merasa gerakan tersebut telah ditunggangi kepentingan politik dan melenceng dari tujuan awal.

"Kayak-kayak ditunggangi politik. Kalau saya dari awal real (nyata) dari masyarakat. Makanya saya memilih membatalkan, ketimbang saya hanya jadi jembatan dan ditunggangi politik," ujar Husain.

Husain mengonfirmasi telah berkomunikasi langsung dengan Sudewo melalui panggilan video dan merasa aspirasinya telah diterima.

Ia pun menyatakan telah berdamai dan tidak lagi mendorong pemakzulan.

Perjuangan Kandas atau Babak Baru Politik Pati?

Manuver Bupati Sudewo yang "menghilang" lalu muncul kembali dengan merangkul salah satu figur kunci perlawanan akankah memecah soliditas gerakan massa?

Langkah ini efektif meredam rencana demo lanjutan dan mengubah narasi dari "musuh bersama" menjadi "dialog konstruktif".

Namun, pertanyaan besar tetap menggantung. Apakah perjuangan rakyat Pati telah kandas? Bagaimana nasib Pansus Hak Angket yang telah dibentuk DPRD?

Apakah langkah damai ini mampu memulihkan kepercayaan publik yang telah terkikis, atau justru dianggap sebagai cara licik untuk melumpuhkan kekuatan oposisi?

Publik kini menanti, apakah ini akhir dari tuntutan pemakzulan, atau hanya sebuah jeda sebelum babak baru dimulai.

Bagaimana menurut Anda? Apakah ini akhir dari tuntutan pemakzulan Bupati Sudewo, atau hanya strategi sementara?

Bagikan pendapat Anda di kolom komentar di bawah ini dan ikuti terus perkembangan beritanya!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI