Sebuah harapan sempat bersinar. Proses pengobatan lanjutan yang krusial untuk istrinya seharusnya rampung pada bulan ini. Namun, kabar kematian Daru datang seperti badai kedua yang menghancurkan segalanya, memberikan pukulan telak bagi kondisi fisik dan mental sang istri. Harapan itu kini pupus, tertunda oleh duka yang terlalu pekat.
"Tetapi kemudian bulan yang lalu ada kabar yang seperti itu kembali memukul istri saya. Sehingga kemudian pada waktu diagnose terpaksa proses lanjutan itu belum bisa dilakukan tapi harus menunggu 3 bulan untuk memastikan bahwa ibunya Daru atau istri saya siap untuk dioperasi. Jadi itulah tragedi atau apapun suatu kesedihan yang bertubi-tubi yang kami hadapi untuk itu," papar dia.
Pengakuan Subaryono ini melukiskan gambaran sebuah keluarga yang tidak hanya kehilangan masa depan, tetapi juga tengah berjuang keras mempertahankan sisa-sisa harapan di tengah badai kehidupan yang datang tanpa henti.