Suara.com - Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung mengaku tak menduga penerapan sistem pembayaran digital di pasar tradisional bisa memberikan dampak sebesar itu. Ia menyebut, transaksi non-tunai yang dilakukan para pedagang melonjak signifikan hanya dalam hitungan pekan.
“Karena saya berpikirnya sederhana begini, digitalisasi tidak bisa dihindarkan. Tetapi, kalau proses literasinya tidak dilombakan, para perbankannya tidak diadu, pasarnya tidak diamati, pasti tidak akan terjadi lompatan, lonjakan," ujar Pramono kepada wartawan, Senin (25/8/2025).
"Maka ketika pada pembukaan Lomba Digitalisasi Pasar, saya tidak membayangkan bahwa kenaikannya bisa sangat signifikan. Pemakaian QRIS, termasuk transaksinya," lanjutnya.
Ia menegaskan, digitalisasi tidak hanya mendorong transaksi, tetapi juga memperbaiki ekosistem pasar tradisional. Menurutnya, penggunaan QRIS di 20 pasar meningkat hampir 47 persen, sementara NPWP pedagang juga naik signifikan.
Menurutnya, Jakarta memberikan kontribusi 16,61 persen terhadap GDP nasional dengan pertumbuhan 5,18 persen, lebih tinggi dari rata-rata nasional 5,12 persen.
"Artinya Jakarta tumbuh lebih baik. Salah satu faktor pendorongnya adalah digitalisasi. Dengan digitalisasi, copet berkurang, primanisme menyusut, dan pasar Tanah Abang sebagai sentra pasar ASEAN bisa kembali hidup," jelasnya.
"Hasilnya luar biasa, penggunaan QRIS di 20 pasar meningkat hampir 47%, NPWP pedagang juga naik signifikan, dan transaksi e-commerce melonjak lebih dari 40%,” ucap Pramono.
Pramono juga menggarisbawahi, kolaborasi dengan sektor perbankan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia (BI), serta Perumda Pasar Jaya menjadi faktor penting keberhasilan program ini.
Ia menilai, dukungan lintas lembaga membuat pasar tradisional lebih siap menghadapi tantangan ekonomi digital.
Baca Juga: Drama Air Mata Noel Ebenezer jadi Bahan Olok-olok, Eks Pimpinan KPK: Nangis Bos!
![Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung melihat peta rencana pembangunan saat kegiatan susur sungai di Jakarta, Kamis (31/7/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/31/78774-pramono-anung-susur-sungai.jpg)
Selain memberikan manfaat ekonomi, Pramono menilai penerapan pembayaran digital juga mengurangi potensi kejahatan di pasar. Sistem transaksi non-tunai dinilai menutup celah praktik pencopetan maupun pungutan liar.
Di sisi lain, kalangan pedagang dan pengelola pasar juga merasakan manfaat langsung. Pasar Tanah Abang misalnya, kembali ramai dengan sistem pembayaran digital yang memudahkan pembeli maupun pedagang.
Ke depannya, transformasi digital pasar akan terus dilanjutkan ke lebih banyak lokasi. Jakarta memiliki 153 pasar yang dikelola Pasar Jaya, dan 20 di antaranya sudah dijadikan percontohan penerapan digitalisasi.
Dalam perlombaan itu, Bank Jakarta meraih penghargaan Mitra Perbankan serta Mitra Bank Literasi Keuangan. Kompetisi ini juga diikuti oleh bank-bank besar lain, seperti BCA, Bank Mandiri, BRI, dan BNI.
Lomba digelar secara kolaboratif oleh Pemprov DKI Jakarta, Perumda Pasar Jaya, OJK, dan BI. Tujuannya mendorong pasar tradisional beralih ke sistem pembayaran digital yang lebih cepat, aman, dan transparan.
Dari 153 pasar yang dikelola Pasar Jaya, 20 pasar dipilih secara acak sebagai percontohan sesuai klasifikasi (kelas A, B, dan C).