Ribuan komentar dari mahasiswa dan alumni membanjiri unggahan tersebut, berbagi pengalaman serupa tentang "dosen horor" dan proses bimbingan skripsi yang terasa seperti "neraka".
Banyak yang merasa tindakan melempar hasil kerja keras seseorang ke lantai adalah bentuk penghinaan tertinggi yang tidak dapat dibenarkan dalam konteks pendidikan.
"Skripsi itu darah, keringat, dan air mata. Dilempar ke lantai itu sakitnya lebih dari dipukul," tulis seorang netizen.
"Saya tim mahasiswa. Kalian tidak tahu rasanya sudah begadang, revisi, print, eh dosennya hilang seminggu terus pas ketemu malah direndahkan," timpal yang lain.
Insiden ini kembali membuka diskusi publik yang lebih luas tentang relasi kuasa yang timpang antara dosen dan mahasiswa, serta tekanan psikologis luar biasa yang dihadapi oleh para pejuang skripsi.
Bagi banyak orang, video ini bukan hanya tentang satu mahasiswa yang marah, melainkan representasi dari jeritan hati ribuan mahasiswa lain yang merasa tidak didengar, tidak dihargai, dan dipersulit dalam langkah terakhir mereka meraih gelar sarjana.