Mbah Dul Salim Tolak Bantuan Beras Karena Takut Mubazir, Ironi saat DPR Dapat Tunjangan Rp12 Juta

Farah Nabilla Suara.Com
Rabu, 27 Agustus 2025 | 11:35 WIB
Mbah Dul Salim Tolak Bantuan Beras Karena Takut Mubazir, Ironi saat DPR Dapat Tunjangan Rp12 Juta
Rumah Mbah Dul Salim, warga Magelang tolak bantuan beras karena masih punya stok di rumah [Instagram]
Kesimpulan
  • Mbah Dul menolak beras karena takut mubazir.
  • Hidup sederhana,  sebatang kara, bergantung bantuan, tetap qonaah atau merasa cukup.
  • Kisah rakyat kecil yang kontras dengan tunjangan pejabat.

Suara.com - Dari sebuah rumah reot berdinding bambu di Gunungpring, Muntilan, Magelang, muncul kisah yang membuat banyak orang terenyuh. Mbah Dul Salim, pria berusia 70-an tahun yang hidup sebatang kara tanpa pekerjaan dan tanpa keluarga, memilih untuk tidak mengambil jatah beras bantuan pemerintah bulan ini.

Mbah Dul seharusnya menerima jatah beras bantuan dari pemerintah. Namun kali ini ia memilih tidak mengambilnya.

Alasannya sederhana, tapi justru menusuk. Persediaan beras bantuan bulan lalu masih ada setengah karung.

"Niku berase taseh katah, [Itu berasnya masih banyak]," kata Mbah Dul menunjukan setengah karung beras yang ia simpan di lincak atau bangku rumahnya.

"Kulo angsal bantuan beras 20 kg mboten tak pendet, wong sok mboten telas. Sek riyen nggih taseh, [Saya dapat bantuan beras 20kg tidak saya ambil, karena suka tidak habis]," kata Mbah Dul lirih kepada petugas Verifikasi Data Kemiskinan (VDK).

Warga Magelang tolak bantuan beras karena masih punya stok di rumah [Instagram]
Warga Magelang tolak bantuan beras karena masih punya stok di rumah [Instagram]

Keputusan itu bukan berarti ia menolak bantuan. Mbah Dul hanya takut berasnya mubazir bila ditimbun. Padahal kehidupannya jauh dari kata layak.

Dapurnya tanpa kompor, hanya pawon kayu bakar untuk memasak. Sehari-hari ia membelah kayu bakar atau ke sungai untuk mandi, mencuci, dan buang hajat.

Merasa Cukup

Azmi Fajrina, Bidan Desa sekaligus petugas VDK, mengaku tak bisa menahan haru melihat prinsip hidup Mbah Dul.

Baca Juga: Kabar Gembira! Wisata Borobudur Sunrise Kembali Dibuka

“Beliau ini qonaah sekali. Hidup seadanya, menerima apa yang ada, tapi tidak berlebihan. Padahal rumahnya sudah reyot, dan hanya bergantung pada bantuan pemerintah,” ujarnya sat dihubungi Suara.com pada Selasa (26/8/2025).

Menurut Azmi, kisah Mbah Dul bukan satu-satunya. Ada sejumlah warga lain di sekitar Gunungpring, Pucungrejo, Tamanagung, Sedayu, hingga Gondosuli yang hidup dengan cara serupa.

Mereka menjalani hidup sederhana, tidak rakus, dan hanya mengambil secukupnya.

Mbah Dul Salim bersama petugas VDK Kabupaten Magelang [Dok.VDK Kabupaten Magelang]
Mbah Dul Salim bersama petugas VDK Kabupaten Magelang [Dok.VDK Kabupaten Magelang]

Program Bupati Magelang: Bantuan Tepat Sasaran

Kisah Mbah Dul ini terungkap karena program Bupati Magelang Grengseng Pamuji yang ingin memastikan bantuan sosial benar-benar tepat sasaran.

Melalui VDK, petugas turun langsung ke lapangan untuk memverifikasi siapa saja yang layak menerima, dan apakah bantuan yang diberikan sesuai kebutuhan mereka.

Azmi Fajrina yang jadi salah satu petugas VDK ditugasi untuk menekankan pentingnya ketepatan jenis bantuan.

Contohnya, penyandang disabilitas seharusnya tidak hanya diberi modal usaha tanpa keterampilan pendukung. Lansia pun tidak seharusnya diberi bantuan modal usaha, karena kondisi fisik mereka sudah tidak memungkinkan.

Sebaliknya, warga usia produktif mestinya tidak berhenti pada bantuan sembako, tetapi didorong melalui modal usaha atau keterampilan kerja agar bisa mandiri.

Program ini diharapkan mampu menjawab persoalan klasik bantuan sosial yang sering kali salah sasaran.

Dan kisah seperti Mbah Dul memperlihatkan bahwa di lapangan ada penerima yang justru lebih jujur, bahkan rela tidak mengambil bantuan ketika merasa masih cukup.

Kontras dengan Tunjangan Pejabat

Sikap sederhana Mbah Dul kontras dengan sorotan publik terhadap fasilitas pejabat negara, termasuk anggota DPR yang disebut-sebut mendapat tunjangan beras bernilai hingga Rp12 juta per bulan.

Wakil Ketua DPR Adies Kadir sempat menyebut bahwa DPR mendapat sejumlah kenaikan tunjangan.

"Tunjangan-tunjangan beras kami cuma dapat Rp 12 juta dan ada kenaikan dari 10 (juta) kalau tidak salah,
katanya pada wartawan di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (19/8/2025).

Meski kemudian, Adies mengklarifikaasi pernyataanya karena bikin gaduh publik. Terakhir, Adies menyebut bahwa tunjangan beras DPR hanya Rp200 ribu per bulan.

Perbandingan ini menghadirkan ironi. Rakyat kecil takut mubazir setengah karung beras, sementara pejabat bergelimang tunjangan.

Mbah Dul mungkin tidak paham hiruk-pikuk politik, tapi sikapnya lebih lantang daripada orasi di gedung parlemen: hidup secukupnya, tidak serakah, dan selalu bersyukur dengan apa yang ada.

Kisah Mbah Dul Salim dan warga lain di pelosok Magelang ini menjadi tamparan moral. Bahwa arti “cukup” bukanlah berapa banyak yang dimiliki, melainkan keberanian untuk menahan diri dari mengambil lebih.

Di tengah kondisi negara yang masih bergelut dengan ketimpangan, warga miskin seperti Mbah Dul justru menunjukkan teladan bahwa tidak semua yang miskin itu serakah, tidak semua yang lemah itu ingin lebih.

Ada yang memilih bertahan dengan apa adanya, meski serba kekurangan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?