Suara.com - Pengamat Politik Rocky Gerung buka suara soal kerusuhan demonstrasi akhir-akhir ini hampir di beberapa wilayah di Indonesia, salah satunya di Ibu Kota Jakarta.
Menurut Rocky demonstrasi yang terjadi tentu tidak terjadi begitu saja, namun pasti ada sesuatu hal yang memicunya.
“Kondisi berkali-kali terjadi benturan itu, dan itu adalah hal yang pasti ada momentumnya, atau ada pemicunya sehingga terjadi bentrokan,” ujar Rocky, dikutip dari youtubenya, Sabtu (30/8/25).
Rocky menyebut bahwa demonstrasi besar-besaran yang terjadi ini hasil dari kemarahan mereka dibungkam selama 10 tahun kebelakang.
Rocky mengatakan bahwa rakyat Indonesia selama ini tidak merasakan kenikmatan menjadi warga negara, karena dihantui dengan rasa takut untuk mengungkapkan pendapat, dan menyuarakan hatinya.
“Kita coba bayangan suatu Upaya untuk menghasilkan kembali negeri yang mungkin kita merasakan kenikmatan menjadi warga negara, yaitu tidak ada rasa takut dalam mengucapkan pendapat,” ucapnya.
“Ini kondisi yang bertahun-tahun tidak dihasilkan selama 10 tahun ini seolah-olah berpendapat itu dihadang oleh UU, karena itu akan ada penjara,” imbuhnya.
Rocky menyebut bahwa pemerintahan 10 tahun kebelakang yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) penuh dengan ancaman-ancaman, bahkan menurutnya yang tidak masuk akal.
“Jadi ledakan hari ini sebetulnya adalah akumulasi dari keadaan selama 10 tahun. Dimana pemerintahan sebelumnya yaitu Presiden Jokowi menghalangi ekspresi dengan ancaman-ancaman yang sangat tidak masuk akal,” urainya.
Baca Juga: TNI-Polri Siaga Penuh: Prabowo Beri Lampu Hijau Tindak Demo Anarkis
Sehingga dengan ancaman-ancaman selama ini, akhirnya rakyat menumpahkan kemarahannya di jalanan.
“Sekarang itu seolah-olah sudah terbuka dan orang-orang tumpah kemarahannya di jalan raya,” tegasnya.
Tak hanya soal kemarahannya karena telah dibungkam selama 10 tahun, menurut Rocky demonstrasi tersebut juga dipicu dengan realita kesulitas ekonomi ditengah Masyarakat.
Sehingga, emosi – emosi tersebut Bersatu dan berakhir dengan adanya demonstrasi yang brutal.
“Ada frustasi sosial juga sebenarnya, yaitu keadaan ekonomi. Jadi jalan raya itu semacam pertemuan antara gumpalan energi selama 10 tahun tertahan dan kondisi real Masyarakat kita yang mengalami kesulitan ekonomi,” terangnya.
“Dan itulah keluhan demokrasi yang akhirnya berakhir dengan tragis,” imbuhnya.
Menurut Rocky, setiap peristiwa yang melibatkan massa tentu akan mengundang terjadinya kekerasan.
Hal semacam ini sudah wajar menurutnya, namun Rocky mengatakan bahwa hak rakyat berdemonstrasi harus tetap dijamin rasa amannya.
Sementara itu, rakyat sendiri juga harus memahami aturan berdemonstrasi dan menghormatinya, yaitu dengan tidak brutal.
“Setiap peristiwa yang bersifat massal mengerahkan massa pasti potensi untuk terjadi kekerasan. Tetapi hak rakyat berdemonstrasi harus dijamin rasa amannya,” ujarnya.
“Betul bahwa tidak boleh menghalangi rakyat berdemonstrasi. Demikian sebaliknya, aturan berdemonstrasi juga harus kita hormati, yaitu tidak brutal,” tambahnya.
Insiden Pengemudi Ojol Yang Tewas Dilindas Rantis
Indonesia tengah digemparkan dengan kabar meninggalnya seorang pengemudi ojek online (ojol) ditengah aksi demonstrasi di Jakarta, Kamis (28/8/25).
Sesuatu yang lebih menyayat hati lagi yaitu penyebab meninggalnya ojol bernama Affan Kurniawan.
Affan tewas terlindas Rantis Brimob. Mobil tersebut dengan brutal menabrak dan melindas tubuh Affan yang sudah tidak berdaya lagi.
Menurut kesaksian, mobil tersebut sempat terhenti usai menabrak Affan, namun beberapa detik kemudian, mobil justru melaju lagi hingga melindas tubuh Affan dan meninggalkan lokasi.
Driver kelahiran 2004 itu sempat dilarikan ke RSCM, namun takdir berkata lain, Affan meninggal dunia.
Insiden meninggalnya Affan Kurniawan ini kemudian mengundang keramaian Kembali.
Para pengemudi Ojol disejumlah daerah seakan tidak terima dengan kematian Kawan sejawatnya.
Banyak yang menilai bahwa peristiwa penghilangan nyawa rekan sesama ojol tersebut mencederai rasa kemanusiaan.
Selain itu, menjadi bukti bahwa Tindakan represif aparat terhadap Masyarakat masih terjadi.
Kontributor : Kanita