Mereka diduga ikut-ikutan tanpa memahami sepenuhnya substansi dan risiko dari aksi yang mereka ikuti.
5. 14 Pelajar Dipulangkan, Polisi Ambil Langkah Humanis
Alih-alih memproses hukum para pelajar ini, Polda Banten mengambil langkah yang berbeda. Mereka semua dipulangkan setelah orang tuanya dipanggil untuk menjemput.
Menurut Kapolda, para orang tua bahkan mengucapkan terima kasih atas kebijakan ini. Sebuah pendekatan humanis yang bertujuan untuk pembinaan, bukan penghukuman, bagi anak-anak yang dianggap "tersesat".
6. Kapolda Minta Orang Tua Cek HP dan Pergaulan Anak
Buntut dari fenomena ini, Kapolda Hengki secara khusus memberikan imbauan keras kepada para orang tua. Ia meminta agar pengawasan terhadap anak diperketat, terutama dalam penggunaan gawai dan lingkaran pertemanan mereka.
"Pengawasan yang paling kuat adalah dari orang tua, cek handphone anak-anaknya, awasi pergaulannya," kata Hengki. Pesan ini seolah menjadi wake-up call bagi setiap keluarga.
7. Misi Belum Selesai: Polisi Kini Buru Aktor Intelektual
Meski sudah menetapkan satu tersangka dan memulangkan belasan pelajar, kasus ini belum ditutup. Misi utama kepolisian selanjutnya adalah memburu "otak" atau aktor intelektual di balik kerusuhan.
Baca Juga: Kapolda Banten: Mahasiswa Perusak Jadi Tersangka, Pelajar SMP-SMA Dipulangkan ke Orang Tua
Pihak berwenang menduga ada pihak yang sengaja memprovokasi massa dan menunggangi aksi damai menjadi anarkis. "Kita masih pelajari ya (aktor intelektual), karena kalau unjuk rasa itu kan dia awalnya mulanya damai," tutup Hengki.