Polda Metro Jaya bahkan mengamankan 169 pelajar yang ikut dalam demo di kawasan Gedung MPR/DPR/DPD itu.
3. Demo Serikat Buruh

Demo kemudian berlanjut pada Kamis, (28/8/2025) atas inisiasi Serikat Buruh yang mengajukan tuntutan berbeda.
Massa pada aksi ini mengajukan enam tuntutan, mulai dari penghapusan outsourcing, penolakan upah murah, stop PHK, percepatan pembahasan RUU Ketenagakerjaan, RUU Perampasan Aset, dan meminta DPR merevisi UU Pemilihan Umum atau Pemilu.
Awalnya aksi ini berlangsung damai dan berakhir pada pukul 12 siang sampai datang gelombang massa dari mahasiswa dan massa berseragam sekolah ke sekitar gedung DPR.
Kali ini massa menuntut pembubaran DPR serta pencabutan tunjangan anggota dewan yang diduga mencapai Rp 100 juta per bulan.
4. Puncak Demo

Puncak kericuhan demo ini pecah saat kendaraan taktis Brigade Mobil atau Brimob melindas Affan Kurniawan, seorang pengemudi online yang sedang mengantarkan orderan.
Kematian Affan menyulut kemarahan publik dan membuat para pengemudi ojek online seketika ramai-ramai mengepung Mako Brimob Polda Metro Jaya, di Kwitang, Jakarta Pusat.
Baca Juga: Jerome Polin Rangkum 17+8 Tuntutan Rakyat: Deadline Mendesak untuk Pemerintah dan DPR!
Aksi yang berlangsung hingga keesokan paginya ini meluas ke sejumlah kota di Indonesia.
Pada malam, 29 Agustus 2025 terjadi bentrok antara massa dan aparat di mana gas air mata ditembakkan ke arah pendemo.
Akibatnya massa membalas dengan membakar sejumlah gedung seperti gedung DPRD dan Markas Kepolisian Daerah, serta berbagai fasilitas umum seperti halte dan stasiun.
5. Awal Mula Penjarahan Terjadi

Pada Sabtu, (30/8/2025) situasi mulai kondusif meski masih ada beberapa massa yang bertahan di lokasi.
Sayangnya emosi massa kembali tersulut karena informasi di media sosial tentang kabar bawa sejumlah anggota DPR kabur ke luar negeri termasuk Ahmad Sahroni.