"saling jaga, saling lindungi," pesannya kepada massa.
Ia kemudian melontarkan metafora paling kuat yang menjadi inti dari seluruh pidatonya: "kita tinju ke atas, bukan ke samping, betul?! tinju kita ke atas, bukan ke samping, betul?!"
Ini adalah sebuah instruksi strategis untuk memfokuskan seluruh kemarahan dan perlawanan kepada sistem dan para pemangku kebijakan ("atas"), dan melarang keras adanya konflik horizontal atau gesekan antar sesama rakyat ("samping"). Ini adalah seruan untuk melawan upaya adu domba yang seringkali melemahkan gerakan protes.
Tiga Pilar Orasi Viral.
1. TUNTUTAN: Bebaskan Tahanan & Buka Dialog.
2. STRATEGI: Tinju ke Atas (Sistem), Bukan ke Samping (Sesama Rakyat).
3. TUJUAN: Pemerintahan & Perwakilan yang Lebih Baik. Sumber: Olah Grafis/Tim Redaksi)
"Penjahatnya Bukan Kita, tapi Mereka"
Orasi ini juga berfungsi untuk mempertegas identitas dan moral gerakan. Sang orator dengan berani mendefinisikan ulang siapa "penjahat" yang sesungguhnya dalam krisis ini, sekaligus menjauhkan gerakan dari tuduhan anarkisme.
Baca Juga: Soroti Pelaku Pembakaran Fasilitas Umum, Ferry Irwandi: Penjahatnya Bukan Kita, Tapi Mereka!
"negara ini layak untuk dapat pemerintah yang lebih baik... layak untuk dapat perwakilan yang lebih baik," ujarnya, menegaskan bahwa perjuangan mereka adalah untuk kebaikan seluruh bangsa.

Ia kemudian menutupnya dengan kalimat-kalimat yang menusuk yakni "penjahatnya bukan kita, tapi mereka, betul?! yang membakar bukan kita, tapi mereka, betul?!"
Pernyataan ini adalah pukulan telak yang bertujuan mengembalikan narasi, bahwa kerusakan sesungguhnya bukanlah fasilitas yang terbakar, melainkan kepercayaan rakyat yang telah "dibakar" oleh para elite.
Pidato ini ditutup dengan teriakan "Revolusi!" yang menggema, menjadi puncak pembakaran semangat bagi ribuan massa yang hadir.
Bagaimana pendapat Anda tentang pesan "Tinju ke atas, bukan ke samping"?
Apakah ini adalah strategi yang tepat untuk menjaga kemurnian gerakan rakyat? Diskusikan di kolom komentar!