Catatan Hitam KontraS di HUT TNI: Profesionalisme Tergerus, Pelibatan di Urusan Sipil Kian Meluas!

Sabtu, 04 Oktober 2025 | 17:47 WIB
Catatan Hitam KontraS di HUT TNI: Profesionalisme Tergerus, Pelibatan di Urusan Sipil Kian Meluas!
Ilustrasi prajurit TNI. [Istimewa]
Baca 10 detik
  • KontraS menilai profesionalisme TNI kian merosot dalam setahun terakhir.
  • Percepatan pembahasan Revisi UU TNI pada akhir 2024 menjadi pintu masuk legalisasi penempatan prajurit aktif di jabatan sipil.
  • Berdasarkan data Pusat Penerangan TNI per 26 Mei 2025, sedikitnya 4.472 prajurit aktif kini menduduki posisi di 14 kementerian dan lembaga.

Suara.com - Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) menilai profesionalisme TNI kian merosot dalam setahun terakhir. Penyebabnya, semakin luasnya pelibatan militer dalam urusan sipil, ekonomi, hingga politik.

Koordinator KontraS, Dimas Bagus Arya, menyebut di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, peran TNI dalam proyek-proyek strategis nasional justru makin intensif.

Mulai dari program Makan Bergizi Gratis (MBG), Food Estate di Papua dan Kalimantan, hingga keterlibatan dalam sektor pertambangan.

“Sejak Oktober 2024, terjadi kegelisahan mendasar di tubuh TNI yang dihadapkan pada dilema antara profesionalisme militer dan kepatuhan pada perintah atasan untuk menjalankan kerja-kerja sipil yang tidak punya dasar hukum,” kata Dimas dalam konferensi bersama Koalisi Masyarakat Sipil Reformasi Sektor Keamanan bertepatan dengan HUT ke-80 TNI di Jakarta, Sabtu (4/10/2025).

KontraS menilai, percepatan pembahasan Revisi UU TNI pada akhir 2024 menjadi pintu masuk legalisasi penempatan prajurit aktif di jabatan sipil.

Berdasarkan data Pusat Penerangan TNI per 26 Mei 2025, sedikitnya 4.472 prajurit aktif kini menduduki posisi di 14 kementerian dan lembaga.

Bahkan, KontraS mencatat sedikitnya delapan perwira tinggi kini menjabat di posisi sipil strategis, termasuk di BUMN. Di antaranya, Mayjen TNI Novi Helmy Prasetya sebagai Direktur Utama Perum Bulog, Letjen Djaka Budhi Utama sebagai Dirjen Bea Cukai, serta Jenderal TNI Maruli Simanjuntak dan Laksamana TNI Muhammad Ali yang menjadi Komisaris Utama di PT Pindad dan PT PAL Indonesia.

“Penempatan prajurit TNI aktif di jabatan sipil dan bisnis tidak hanya melanggar prinsip profesionalisme, tetapi juga mengkhianati semangat reformasi sektor keamanan,” ujarnya.

Intervensi di Kampus dan Aksi Demonstrasi

Baca Juga: HUT ke-80 TNI di Monas, Keluarga Pahlawan Nasional Akan Hadir Meriahkan Perayaan

KontraS juga mencatat meningkatnya intervensi militer di ruang sipil dan akademik sepanjang Oktober 2024 hingga September 2025.

Sedikitnya terjadi 13 kasus keterlibatan TNI dalam kegiatan kampus, mulai dari pembekalan mahasiswa baru hingga intervensi terhadap diskusi publik.

Parade alutsista berbaris saat gladi menyambut HUT TNI ke-80 di kawasan Monas, Jakarta, Rabu (1/10/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]
Parade alutsista berbaris saat gladi menyambut HUT TNI ke-80 di kawasan Monas, Jakarta, Rabu (1/10/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]

Salah satu contohnya terjadi di Universitas Udayana, Bali, pada 25 Maret 2025. Seorang perwira TNI dari Kodam IX/Udayana tiba-tiba hadir sebagai “pemateri” dalam diskusi terbuka yang diselenggarakan mahasiswa mengenai Revisi UU TNI.

Tak hanya di lingkungan kampus, KontraS juga menyoroti pelibatan militer dalam pengamanan aksi demonstrasi di sejumlah daerah.

Salah satu kasus mencolok terjadi di Yogyakarta, ketika Kodam IV/Diponegoro mengerahkan sekitar 9.000 prajurit dan kendaraan tempur pasca demonstrasi besar pada 1 September 2025.

Kehadiran TNI juga terlihat dalam pengamanan aksi menolak Revisi UU TNI di depan Gedung DPR RI pada Maret 2025. Ratusan prajurit beserta kendaraan taktis dikerahkan di sekitar kompleks parlemen.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI