- Kondisi keluarga tersebut diduga menjadi salah satu faktor yang membuat F kerap merasa kesepian dan tertutup.
- Peristiwa ledakan ini diketahui terjadi saat kegiatan salat Jumat berlangsung di lingkungan masjid SMAN 72 Jakarta pada 7 November 2025.
- Pelaku F tidak tergabung dalam jaringan teror.
Suara.com - Polda Metro Jaya mengungkap fakta baru di balik kasus ledakan bom di SMAN 72 Jakarta Utara. Sosok F anak berkonflik dengan hukum (ABH) yang menjadi pelaku ternyata selama ini hanya tinggal bersama ayahnya.
"ABH tinggal bersama ayahnya sementara ibu bekerja di luar negeri," ungkap Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Budi Hermanto kepada wartawan, Rabu (12/11/2025).
Kondisi keluarga tersebut diduga menjadi salah satu faktor yang membuat F kerap merasa kesepian dan tertutup dari lingkungan sekitar.
Selain latar belakang keluarga, Budi menyebut penyidik kekinian juga tengah mendalami dugaan perundungan atau bullying yang disebut-sebut turut memicu pelaku melakukan aksi peledakan di sekolahnya tersebut.
"Saat ini masih pendalaman agar fakta sebenarnya bisa ditemukan, karena ABH masih tahap pemulihan pasca operasi," ujar Budi.
Rakit Tujuh Bom
Peristiwa ledakan ini diketahui terjadi saat kegiatan salat Jumat berlangsung di lingkungan masjid SMAN 72 Jakarta pada 7 November 2025. Sebanyak 96 orang, baik siswa dan guru terluka hingga dilarikan ke rumah sakit.
Di lokasi, Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri total menemukan tujuh bom rakitan. Dua di antaranya berhasil diledakkan di masjid.
Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri, AKBP Mayndra Eka Wardhana mengatakan, aksi yang dilakukan siswa berinisial F tidak berkaitan dengan jaringan terorisme.
Baca Juga: Bukan Terorisme Jaringan, Bom SMAN 72 Ternyata Aksi 'Memetic Violence' Terinspirasi Dunia Maya
“Sampai saat ini tidak ditemukan aktivitas terorisme yang dilakukan ABH. Jadi ini murni tindakan yang dilakukan adalah tindakan kriminal umum. Kalau di komunitas kekerasan ini ada istilah Memetic Violence daring,” ungkap Mayndra saat konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (11/11/2025).
Memetic Violence atau kekerasan mimetik merujuk pada tindakan kekerasan yang muncul karena seorang pelaku meniru aksi, ideologi, atau figur ekstrem yang mereka temui secara online.
![Barang bukti ditampilkan saat rilis Penanganan Kasus Ledakan di SMA Negeri 72 Jakarta di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (11/11/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/11/11/47939-rilis-penanganan-kasus-ledakan-di-sman-72-jakarta-barang-bukti-ledakam-sman-72.jpg)
Pelaku menurut Mayndra, tidak tergabung dalam jaringan teror, tetapi menjadikan kekerasan yang mereka lihat sebagai inspirasi untuk bertindak.
Hal itu terlihat dari senjata laras panjang mainan yang turut dibawa F saat melakukan aksinya. Dalam senjata tersebut setidaknya tertulis enam tokoh atau figur yang diduga menjadi inspirasi F.
Keenam figur dari kelompok Neo Nazi, Etnonasionalis, hingga White Supremacy itu di antaranya:
- Eric Harris dan Dylan Klebold, pelaku penembakan massal Columbine High School, AS (1999), penganut neo-Nazi;
- Dylann Storm Roof, penyerang gereja Charleston, AS (2015), penganut supremasi kulit putih;
- Alexandre Bissonnette, pelaku penembakan masjid di Quebec, Kanada (2017), dikenal dengan Islamofobia ekstrem;
- Vladislav Roslyakov, pelaku penembakan massal Politeknik Kerch, Crimea (2018);
- Brenton Tarrant, pelaku serangan masjid Christchurch, Selandia Baru (2019);
- Natalie Lynn 'Samantha' Rupnow, pelaku penembakan sekolah di Madison, AS (2024).
Mayndra mengatakan temuan ini semakin menguatkan kalau F tidak terafiliasi dengan jaringan terorisme.