- Kader Gerindra di daerah menolak keras masuknya Budi Arie.
- Pimpinan pusat Gerindra menganggap penolakan itu dinamika biasa.
- Prabowo Subianto telah mendengar aspirasi penolakan tersebut.
Suara.com - Rencana merapatnya Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi, ke dalam struktur Partai Gerindra memicu riak penolakan yang kian kencang dari internal partai.
Sejumlah Dewan Pimpinan Cabang (DPC) di daerah secara terbuka menyuarakan keberatan mereka.
Namun, elite partai di tingkat pusat memandang gejolak ini sebagai sebuah kewajaran dalam dunia politik.
Ketua Harian DPP Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, menanggapi santai serangkaian penolakan yang muncul.
Baginya, perbedaan pendapat di internal partai merupakan hal yang lumrah dan tidak perlu dibesar-besarkan.
Ia menegaskan, pro dan kontra adalah bagian dari dinamika yang biasa terjadi.
"Ya namanya dinamika di politik. Soal menerima atau ada yang tak menerima, biasa," kata Dasco, Jumat (14/11/2205).
Dasco meminta agar polemik ini tidak diperpanjang karena merupakan fenomena umum dalam lanskap perpolitikan nasional.
"Nah sehingga menurut saya ya tidak perlu dibesar-besarkan karena hal itu adalah hal yang biasa terjadi di dunia politik," tutur dia.
Baca Juga: Polemik Internal Gerindra: Dasco Sebut Penolakan Budi Arie Dinamika Politik Biasa
Budi Arie tak ideologis
Meski pimpinan pusat terkesan tenang, suara penolakan dari daerah justru sangat tegas.
Salah satu yang paling vokal adalah DPC Partai Gerindra Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.
Mereka menilai rekam jejak politik Budi Arie tidak konsisten dan tidak sejalan dengan ideologi perjuangan partai besutan Prabowo Subianto.
Ketua Fraksi Gerindra DPRD Bangkalan, Anton Bastoni, menyatakan bahwa wacana bergabungnya Budi Arie telah menimbulkan keresahan di kalangan kader akar rumput.
“Kami, atas nama DPC Partai Gerindra Bangkalan, menolak tegas masuknya Budi Arie sebagai pengurus DPP Gerindra,” kata Anton di Bangkalan, Senin (10/11).
Menurut Anton, Gerindra sebagai partai besar dengan ideologi nasionalis yang kuat, memerlukan kader dengan komitmen yang teruji.
Rekam jejak Budi Arie, yang dikenal sebagai pendiri dan Ketua Umum Projo, organ relawan pendukung Joko Widodo, dinilai tidak selaras dengan nilai-nilai tersebut.
“Prinsipnya, kami tak menutup pintu bagi siapa pun yang ingin bergabung. Tapi Budi Arie, tidak layak karena rekam jejaknya tak sejalan dengan perjuangan Gerindra," kata dia.
Bisa rusak soliditas
Penolakan serupa juga datang dari DPC Gerindra Kota Solo. Ketua DPC Gerindra Solo, Ardianto Kuswinarno, khawatir masuknya Budi Arie beserta gerbong politiknya dapat memicu masalah baru di internal partai yang selama ini sudah solid.
"Kami, kader-kader DPC Gerindra Solo, tidak sepakat Budi Arie masuk," terang Ardianto saat dikonfirmasi, Selasa (11/11).
Ia menambahkan, "Di sini Gerindra kan sudah punya AD/ART. Lalu, kalau dia masuk dan merasa 'aku sebagai orang nomor 1 di Projo, saya minta sesuatu', itukan nanti bikin masalah di Gerindra tidak enak."
Ardianto menegaskan, Gerindra telah memiliki banyak kader militan yang mumpuni dan tidak kekurangan sumber daya manusia.
"Intinya kami tak setuju. Kami tak mendukung dia (Budi Arie) masuk Gerindra. Kader kami militan, solid dan mumpuni."
Apa kata Prabowo?
Gelombang penolakan ini dipastikan telah sampai ke telinga Ketua Umum sekaligus Presiden terpilih, Prabowo Subianto.
Ketua DPP Partai Gerindra, Prasetyo Hadi, mengonfirmasi aspirasi dari kader-kader di daerah akan menjadi bahan pertimbangan serius bagi pimpinan pusat.
"Pasti dong (suara penolakan untuk Budi Arie gabung, bakal dipertimbangkan Prabowo)," kata Prasetyo di, Kamis (13/11).
Ia menekankan, suara kader-kader Partai Gerindra, dari tingkat ranting sekali pun, tidak akan diabaikan.
"Lho? Kok Bagaimana? Ya ada suara itu ya itu jadi pertimbangan," ujarnya.
Prasetyo juga membenarkan Prabowo sudah mengetahui adanya resistensi ini.
Namun, ia memastikan hingga saat ini belum ada keputusan final yang diambil, baik dari partai maupun dari Budi Arie sendiri.
"Sudah, sudah. Tapi kami belum memutuskan, yang bersangkutan (Budi Arie) juga belum resmi meminta," kata dia.